Melihat kondisi bangsa kita ini yang telah dikaruniai nikmat demikian besar dan luas; laut dengan segala kekayaan di dalamnya. Namun belum juga mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam memberikan kesejahteraan, dan mengentaskan kemiskinan bagi rakyatnya. Sementara jumlah penduduk bangsa ini demikian menakjubkan yakni 190 juta dari penduduknya adalah muslim.
Umat ini telah memiliki al Qur'an sebagai pedoman hidup; tersebut di dalamnya tentang laut, fungsi dan kekayaannya. Pertanyaan selanjutnya apakah pedoman ini belum memberikan artikulasi yang pas, bagaimana implementasi logis dari ayat yang akan senantiasa shalih li kulli makan wa zaman ini.
Seluruh ciptaan Allah SWT adalah mempunyai nilai-nilai anugrah yang luar biasa, bahkan hal-hal yang terkadang dianggap sepele. Sepele adalah pandangan yang sangat subjektif, sehingga hal yang sebetulnya sangat besar manfaatnya sering dianggap sebagai hal yang sepele. Seperti halnya pemerintah yang kurang protektif terhadap potensi kelautan di Indonesia yang sebetulnya sangat luar biasa. Sehingga dengan hubungan sebab akibat, dapat diasumsikan bahwa pemerintah telah menyepelekan potensi laut di Indonesia. Terbukti dengan masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia dan adanya sekat yang terlalu jauh antara si kaya dan si miskin. Dalam korelasinya terhadap sektor kelautan, ternyata salahsatu penyumbang terbesar angka kemiskinan di Indonesia adalah Nelayan. Mengapa nelayan tidak sejahtera? Padahal dengan faktor domisilinya, seharusnya para nelayan bisa lebih sejahtera.
Berikut Dalil Al-quran Dalam Memanfaatkan Kekayaan Laut
A. Ayat Pertama :
Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS. An-Nahl [16] : 14).
B. Ayat Kedua :
Allah Ta’ala berfirman:
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.(QS. Al Isra [17] : 66).
C. Ayat Ketiga :
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. Al Fathir [35] : 12).
D. Ayat Keempat :
Allah Ta’ala berfirman:
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. al-Ma’idah ayat 96)
Penjelasan:
1. Di sebutkan oleh Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di: “Dikatakan bahwa Allah sendiri yang menyediakan kebutuhan yang bermacam-macam bagi manusia; dari berbagai jenis ikan, juga kapal-kapal yang berlayar dari satu negeri ke negeri lain dengan membawa barang-barang perdagangan dan para penumpang yang bepergian.” (Tafsir al Karim al Rahman, (Al Qahirah, Dar al manar, tt.), h.436.)
2. “Allah menjadikan laut supaya kamu dapat menangkap ikan yang di dalamnya, untuk makanan kamu dan mengeluarkan mutiara untuk perhiasan. Di sana engkau lihat kapal berlayar dengan kencangnya, guna mencari rezeki dan penghidupanmu semoga kamu bersyukur kepada Allah. Dalam ayat ini terang benar kepada kita bahwa agama Islam mementingkan benar dari hal ekonomi, yaitu sebagian kita berusaha menangkap ikan (soyidul bahr),.
Berdasarkan Surah al-quran diatas, bahwa Laut adalah anugrah bagi manusia. Anugrah mempunyai arti yang sangat luas dalam konteks jenisnya. Laut sebagai anugrah bagi manusia dapat diimplementasikan di berbagai sektor sehingga dapat digunakan sebagai modal mensejahterakan seluruh umat manusia, terkhusus komunitas domisili daerah pesisir, diantaranya adalah sebagai berikut:
Sebagai Prasarana Transportasi Laut,
Data yang diperoleh dari International Marine Transportation, mencatat bahwa sekitar 90% perdagangan internasional diangkut melalui jalur laut, tidak hanya antar pulau atau antar negara, bahkan antar benua. Transportasi melalui jalur laut memungkinkan barang-barang yang bobotnya puluhan bahkan ribuan ton, dapat diangkut dari satu benua ke benua lain.
Penyedia Sumber Bahan Pangan
Salah satu bahan pangan yang berasal dari laut, yang memiliki kandungan gizi yang tinggi adalah ikan dan udang. Dengan kandungan protein yang dapat mencapai 18%, ikan dan udang merupakan bahan pangan yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Disamping itu ikan mengandung asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-6, yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan sel otak pada balita dan bermanfaat untuk mengurangi penyakit darah tinggi atau jantung koroner.
Penyedia Bahan Baku Industri
Dari beberapa sumber yang dapat dipercaya, diketahui bahwa pengeboran minyak dan gas bumi lepas pantai, memberikan kontribusi sekitar 25 hingga 30% dari total produksi minyak dan gas dunia. Bahan tambang dan mineral lain yang dapat ditemukan didaerah pesisir dan laut, diantaranya: mutiara, pasir, gravel, mas, polimetalik sulfat dan hidro-karbon.
Sebagai Penyedia Energi Alternatif
Seiring dengan kemajuan sain dan teknologi, beberapa negara industri maju seperti Jepang dan beberapa negara barat, telah mencoba memanfaat laut sebagai sumber energi alternatif, yaitu dengan memanfaatkan pasang-surut air laut sebagai pembangkit turbin yang menghasilkan energi listrik. Energi alternatif lain yang dihasilkan dari laut yaitu gelombang laut. Energi yang terkandung dalam gelombang laut adalah jumlah dari energi kinetik dan energi potensial, yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin untuk menghasilkan energi listrik. Angin merupakan sumber energi alternatif di laut, yang dapat digunakan untuk menggerakkan kincir angin atau baling-baling, yang dihubungkan dengan rotor guna menghasilkan energi listrik. Sedangkan energi panas yang terdapat di laut atau yang lebih dikenal dengan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
Penyedia Jasa-jasa Lingkungan
Sebagai negara kepulauan, negara kita termasuk negara yang memiliki potensi pariwisata pantai dan laut. Industri pariwisata tidak hanya mengahasilkan devisa bagi negara tetapi juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Sumber kehidupan yang terdapat di laut jauh lebih besar bila dibanding dengan sumber kehidupan yang terdapat di darat. Hal ini dapat dilihat dari adanya larangan Alquran kepada orang-orang yang sedang berihram untuk menangkap buruan binatang darat. Akan tetapi mereka diperbolehkan untuk menangkap buruan binatang laut dan memakannya meskipun pada saat berihram.
Larangan berburu di darat mengindikasikan bahwa species hewannya sangat terbatas sehingga perlu pelestarian. Dengan kata lain, perkembangbiakan species hewan di darat terkesan lamban bila dibanding dengan perkembangbiakan species hewan yang ada di laut. Sebagai contoh, jumlah telur dari seekor induk ikan ribuan kali lebih banyak bila dibanding dengan telur seekor induk burung.
Alasan lain yang dapat dikemukakan adalah adanya larangan memakan sebagian hewan-hewan yang terdapat di darat seperti babi, anjing dan lain-lain. Pada prinsipnya, adanya larangan ini mengindikasikan perlu adanya upaya yang serius untuk melindungi hewan-hewan darat tersebut dari kepunahan. Akan tetapi alasan lain tidak dapat ditampik yaitu untuk menjaga kesehatan manusia.
Adapun hewan yang terdapat di laut tidak dijumpai adanya larangan sama sekali untuk mengkonsumsinya. Ibn ‘Athiyah di dalam tafsirnya al-Muharrir al-Wajiz, mengutip komentar Imam Malik tentang adanya sebagian pendapat yang memakruhkan babi laut. Menurutnya, bahwa babi laut adalah halal karena yang menamai hewan tersebut “babi laut” adalah manusia sendiri bukan Tuhan.
Pendapat Imam Malik ini sejalan dengan pernyataan ayat Alquran di atas yang menghalalkan hewan laut tanpa adanya pengecualian. Bahkan di dalam sebuah hadis disebutkan yang artinya “air laut adalah suci dan semua hewan yang terdapat di dalamnya halal untuk dimakan”. Oleh karena itu, kemudaratan yang terdapat pada sebagian hewan laut hanya bersifat kasuistik dan karenanya tidak dapat digeneralisir.
Alquran memberikan garansi bahwa setiap hewan yang terdapat di laut halal untuk dikonsumsi. Sebagai contoh, ikan buntal yang terdapat di laut pada umumnya dilarang untuk dimakan karena diduga mengandung racun. Akan tetapi orang-orang Jepang memakan ikan buntal tersebut karena mereka pandai membuang racunnya. Dengan demikian, pertimbangan utamanya adalah mudharat individual bukan general.
Ayat di atas menurut Ibn Katsir di dalam tafsirnya Tafsir Alquran al-‘Azhim, dijadikan dalil oleh mayoritas ulama bahwa semua hewan laut adalah halal. Dengan mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah mengutus 300 (tiga ratus) orang tentara ke dekat pantai di bawah pimpinan Abu ‘Ubaydah. Di tengah jalan, pasukan ini kehabisan bekal dan tiba-tiba muncul seekor ikan besar. Mereka menyantap daging ikan ini selama 18 (delapan belas) malam.
Menurutnya lebih lanjut, ketika sampai di Madinah mereka menceritakan peristiwa ini kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa ikan tersebut adalah rezeki yang dikeluarkan Allah untuk mereka. Kemudian Rasulullah bertanya apakah masih ada tersisa daging ikan tersebut. Ternyata daging ikan tersebut masih tersisa dan mereka memberikannya kepada Rasulullah dan kemudian Rasulullah menyantapnya.
Besarnya sumber kehidupan di laut dapat dibuktikan dengan tidak pernah punahnya sumber-sumber yang terkandung di dalamnya. Padahal, upaya menguras sumber-sumber laut sudah dilakukan semenjak manusia ada. Hal ini menunjukkan bahwa laut memiliki potensi besar untuk digali dan dikembangkan dalam rangka membangun kehidupan manusia supaya lebih baik.
Laut sama sekali tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia karena di dalamnya banyak sekali yang dapat dimanfaatkan. Mengingat besarnya potensi laut ini maka sudah seharusnya bangsa Indonesia memanfaatkannya secara maksimal karena hasil kekayaan laut Indonesia belum terjamah secara baik dan benar. Alat-alat penangkap ikan masih sangat tradisional demikian juga pembudidayaan lokan mutiara dan lain-lain.
Menurut informasi disebutkan bahwa luas lautan Indonesia hampir 70 % (tujuh puluh persen) dari total keseluruhan luas negara Indonesia. Luas lautan ini menyimpan lebih kurang 2.500 (dua ribu lima ratus) jenis ikan dan 500 (lima ratus) jenis karang dan bahkan sebanyak 14 % (empat belas persen) dari terumbu karang dunia ada di Indonesia.
Indonesia memiliki kekayaan species terumbu karang, ikan dan biota laut lainnya tampak berlimpah di Perairan Alor, Nusa Tenggara Timur. Segitiga Terumbu Karang yang disebut juga sebagai “Amazon of the Seas” mencakup wilayah perairan tengah dan timur Indonesia, Timor Leste, Filipina, Sabah-Malaysia, Papua Niugini dan Kepulauan Salomon diperkirakan dihuni sekitar 3.000 (tiga ribu) species ikan.
Jika diprediksikan bahwa sumber kekayaan di darat dan di laut adalah sama, berarti kekayaan negara Indonesia ini sebesar 70 % (tujuh puluh persen) terdapat di laut. Potensi ini cukup menjanjikan dan sekaligus memberikan tantangan agar kekayaan laut tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal. Urgensi memanfaatkan kekayaan laut ini dapat dilihat dari pernyataan Alquran bahwa hewan laut dan sumber makanan yang terkandung di dalamnya merupakan santapan yang lezat bagi manusia. Menurut Sayyid Thanthawi dalam tafsirnya al-Wasith, bahwa hewan dan apa saja yang terdapat di laut tidak hanya untuk dimakan akan tetapi dapat dijadikan sebagai sumber energi, perhiasan dan obat-obatan.
Menggali potensi laut ini sudah seharusnya menjadi prioritas anak bangsa karena kurangnya persaingan dengan negara-negara lain. Berbeda halnya dengan potensi darat yang selama ini kita gagal bersaing dengan negara-negara lain seperti tanaman padi, karet, sawit, coklat dan lain-lain. Bahkan beberapa kurun waktu terakhir ini kita juga gagal melakukan swasembada beras.
Untuk melestarikan agar kekayaan laut tetap eksis dan senantiasa mendatangkan manfaat bagi kehidupan masyarakat maka perlu penjagaan yang ekstra ketat. Laut harus dijaga supaya kekayaan yang ada di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam tataran ini hukum harus tegas bagi siapa saja yang dapat merusak kekayaan laut seperti mengambil ikan dengan cara menggunakan bom atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat merusak terumbu karang.
Urgensi melakukan penjagaan yang ketat ini dapat dilihat dari kalimat penutup akhir ayat yaitu agar bertaqwa kepada Allah dan meyakini bahwa kepada-Nya semua manusia akan dikumpulkan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan. Penutup akhir ayat ini menunjukkan meskipun laut tidak bertuan dan siapa saja bebas mengambil kekayaan di dalamnya namun harus ada aturan-aturan main untuk menjaga kelestariannya.
Dengan memaksimalkan pengembangan sektor-sektor diatas, sangat mungkin Indonesia menjadi negara yang dapat bersaing dikancah Internasional. Hal ini seharusnya menjadi salah satu prioritas pemerintah Indonesia saat ini dengan konsep maritimnya. Konsep maritim yang saat ini diusung Jokowi masih belum terlihat dampaknya bagi kesejahteraan rakyat Indonenesia. Terlihat dengan masih hanya pemusnahan kapal-kapal ilegal saja yang masih terealisasi. Realisasi dari langkah-langkah maritim lainnya masih belum kita rasakan dampaknya. Entah karena hanya masalah waktu atau karena media di Indonesia yang terlalu bersifat mainstreamsehingga hasil kerja pemerintahan tidak tampak di media nasional. Terlepas dari realita tersebut, Indonesia sebagai negara mayoritas umat Islam seharusnya bisa lebih melek dalam implementasi konsep Tuhan yang luar biasa ini, yaitu menjadikan Laut sebagai anugrah bagi kesejahteraan umat manusia dan mengopltimalisasi potensinya.
Islam dapat benar-benar menjadi rahmatan lil alamin dan Indonesia termasuk kategori Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofuur. Soekarno pernah berkata, “Biarlah kekayaan alam kita tersimpan sampai nanti putra bangsa ini mampu mengolahnya sendiri.”. Ungkapan tersebut secara inklusif mengajak kita untuk berlomba-lomba mencari ilmu untuk kepentingan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Sudah cukup kekayaan alam Indonesia di monopoli oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Sebagai rakyat Indonesia, sebagai umat Islam, saatnya kita bergerak untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia yang saat ini masih belum terealisasi secara komprehensif. MERDEKA UNTUK INDONESIAKU !!!
0 Response to "Mampukah Rakyat Indonesia Memanfaatkan Kekayaan Lautnya??"
Posting Komentar