Kufur secara linguistik berarti menutupi. Sementara itu, menurut syariah 'kufur adalah tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak. Kekufuran juga merupakan tindakan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah yang dapat menyebabkan hilangnya atau matinya keimanan seseorang. Kufur jika dilihat dari perspektif hukum, ada dua jenis yaitu kufur Kubra dan kufur Sugra. Kekufuran akbar atau keingkaran yang besar adalah salah satu tindakan yang membatalkan Keislaman, atau keyakinan seseorang, sehingga hati dan dirinya kosong dari Islam dan Iman sampai dia bertobat dari kekufurannya yang besar. Jika dia mati sebelum bertobat maka dia mati dalam keadaan kafir.
Sebagai contoh sekelompok gadis muslim sedang berpose dengan salah seorang tokoh/artis pemeran antagonis dalam Mahabarata. Seorang ibu berjilbab begitu tersanjung dan sangat senang berpose dengan salah satu tokoh dalam serial Mahabarata.
Sebagai contoh sekelompok gadis muslim sedang berpose dengan salah seorang tokoh/artis pemeran antagonis dalam Mahabarata. Seorang ibu berjilbab begitu tersanjung dan sangat senang berpose dengan salah satu tokoh dalam serial Mahabarata.
Seorang ibu berjilbab lainnya begitu setia
menyaksikan arakan para pemain Mahabarata yang sedang berkunjung ke Indonesia.
Wajahnya terlihat bahagia dan tersenyum spesial setelah melihat para aktor
tercinta yang dianggap tampan dan berpostur itu. Dahaga terhadap kerinduan
dengan tokoh idola yang selama ini hanya terbatas dilihatnya di layar kaca kini
terbayar sudah setelah menatap langsung.
Tokoh Krisna kecil yang sedang memainkan seruling
dan sedang mengangkat gunung dengan satu jari telah menjadi potret menawan bagi
seorang anak kecil. Si anak menganggap bahwa Krisna adalah malaikat yang
menjaga bumi dari kejahatan. Dia begitu ingin menjadi sosok seperti Krisna yang
memiliki kekuatan tertentu.
Seorang teman memberikan komentar di status FB kami
bahwa keponakannya begitu hafal dengan tokoh-tokoh Mahabarata dan yang
semisalnya. Bahkan katanya ada anak berusia 3 tahun begitu ingin disamakan
dengan tokoh Krisna. Dan kakaknya yang berumur 5 tahun ingin disamakan dengan
tokoh Drupadi, seorang wanita cantik yang merupakan istri para Pandawa dan dianggap
lambang wanita yang tegas namun berjiwa lembut.
Rasanya, anak-anak telah berhasil dicekoki dengan
sebuah kisah kufur pengikis akidah yang dimainkan oleh orang-orang di
India sana. Mereka telah sukses menyeret pikiran anak-anak menuju dunia hayal
yang berkubang kesyirikan. Dengan hanya sekadar duduk di hadapan televisi,
mereka dibuat terbius oleh oleh racun akidah tersebut.
Begitu kasihan anak-anak polos yang masih begitu
belia. Mereka terbayang kekuatan-kekuatan supranatural yang bersifat fiktif dan
berpusat di kerajaan langit yang dihuni dewa-dewi dan para keturunannya yang
melalang buana di bumi.
Di salah satu sekolah dasar, seorang guru bertanya
kepada para muridnya yang masih belia tentang cita-cita mereka kelak ketika
sudah dewasa.
Semua murid menjawab pertanyaan sang guru:
“Dokter”
“Pilot”
“Polisi”
Jawaban para murid semuanya seputar profesi
tersebut.
Hanya ada satu anak yang jawabannya begitu berbeda.
Lain dari yang lain. Para murid yang lain menertawakan jawabannya yang
terdengar aneh.
Apakah anda mengetahui cita-cita anak tersebut?
Marilah mendengar jawaban dari lisannya yang begitu
sederhana:
“Aku pribadi begitu ingin menjadi sahabat (sahabat
nabi -ed)”
Begitu kaget sang guru mendengar jawaban ini sambil
menuturkan:
“Sahabat? (Bukan itu yang kumaksud)”
Murid itu pun menjawab dengan begitu polosnya:
“Mama setiap hari, sebelum aku bobo, mengisahkan aku
kisah-kisah gemilang para sahabat. Mereka itu mencintai Allah (dan Allah pun
mencintai mereka). Demikian pula yang diajarkan papa.”
Sang guru pun terdiam.
Di balik cita-cita anak tersebut terdapat sosok ayah
dan bunda yang hati dan jiwanya berlapis dahsyatnya iman maka jadilah cita-cita
yang mereka damba adalah cita-cita yang melesat jauh meninggalkan hinanya
dunia.
Sang ibu adalah wanita yang jiwanya jelita dengan
ilmu syar’i hingga jadilah ia pelopor perkembangan sang anak. Ia ajarkan
anaknya untuk mencintai para sahabat nabi yang merupakan salah satu pondasi
aqidah ahlussunnah wal jama’ah.
Inilah warisan para salaf. Mereka saling mewariskan
cinta yang menyurga, mencintai sosok yang dijamin surga oleh Allah. Para salaf
mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakr, Umar, ‘Ali, Usman dan lainnya
sebagaimana mereka mengajarkan anak-anak mereka al-Qur-an.
Imam malik bertutur:
كان السلف يعلمون أولادهم حب أبي بكر و عمر كما يعلمون
السورة من القرآن
“Dahulu para salaf mengajarkan anak-anak mereka
mencintai Abu Bakr dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam Al-Qur-an.”
(Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah, Juz 7 hal. 1240)
Kedua orang tua tadi begitu paham bahwa mereka
adalah pemegang kekuasaan di rumah sehingga mampu mengambil keputusan tentang
hal terbaik yang akan diberikan untuk anaknya.
Dan ini sebagai tanggung jawab terhadap pendidikan
akidah di surga mini mereka. Mereka berhasil menularkan akidah cinta yang
terarah bahwa para sahabat Nabi adalah sosok yang wajib dicintai.
“Sungguh, aku ingin menjadi sahabat Nabi, bukan
Drupadi atau Mahabarata.”