Naik haji adalah wajib hukumnya bagi mereka yang mampu. Demi menunaikan kewajibannya sebagai muslim, seorang pemuda asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, berjalan kaki menuju Tanah Suci Mekah.
Perjalanan menuju Mekah
Sepanjang perjalanan menuju Makah, kita harus membaca kalimat talbiyah sebanyak-banyaknya. Kalimat talbiyah berbunyi :
لَبَّيكَ اَلَّلﻬـمَّ لَبَّيكَ, لَبَّيكَ لَاشَرِيكَ لَكَ لَبَّيكَ, إِنَّ الحَمدَ وَالنِّعمةَ لَكَ وَالمُكَ, لَاشَرِيكَ لَكَ
‘Labbaika Allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal-hamda wan-ni’mata laka wal-mulka, laa syariika laka‘
“Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah, aku sambut panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah kepunyaan-Mu, demikian pula kekuasaan, tiada sekutu bagi-Mu” (HR. Bukhari)
Setelah melaksanakan ihram dan umroh tamattu di Mekah, perjalanan haji akan dilanjutkan ke Mina, Arafah, dan Muzdalifah, untuk kemudian kembali ke Mina untuk melempar jamrah dan akhirnya pulang lagi ke Mekah. Ritual perjalanan tersebut insyaAllah sudah Anda pelajari. Doa-doa dan zikir pun sudah Anda hafalkan. Namun di luar urusan tersebut, apa yang bisa Anda lakukan di sana?
Apa yang Sebaiknya Dilakukan di Mina
Mina adalah kawasan antara Mekah dan Muzdalifah. Jemaah haji akan bermalam di Mina dan memotong hewan kurban. Hal penting yang harus dilakukan di Mina adalah bersitirahat sambil banyak berzikir, Anda akan segera menghadapi wukuf Arafah, dan Anda harus mempersiapkan stamina sebaik mungkin untuk menghadapi puncak ibadah haji berikutnya.
Di Mina, pandangan Anda akan didominasi oleh kumpulan tenda dan kerumunan pengemis yang meminta belas kasihan dari para jemaah haji. Sudah menjadi fitrah jika Anda merasa iba, terlebih Anda juga sebisa mungkin ingin banyak beramal di Tanah Haram tersebut. Bijaklah dalam menyedekahkan harta Anda, tidak semua pengemis layak menerima sedekah. Ada di antara mereka yang masih segar bugar, dan ada pula yang berpura-pura sedemikan rupa untuk membuat iba jemaah haji yang ada di sana.
Anda bisa menyediakan makanan bagi orang miskin yang menunggu sisa makanan di luar restoran, atau mereka yang mengais-ngais tempat sampah. Berikanlah sedekah kepada mereka yang tidak meminta dan menengadahkan tangan, atau pada para pekerja kebersihan yang menggunakan seragam berwarna hijau. Sesungguhnya mereka bekerja dengan gaji yang sangat kecil, namun mereka menjaga diri dari meminta-minta.
Apa yang Sebaiknya Dilakukan di Arafah
Perjalanan ke Arafah sebenarnya tidak terlalu jauh dari Mina, hanya sekitar 5km. Namun kepadatan manusia dan sengatan sinar matahari membuat perjalanan ini terasa berat. Segera setelah tiba di Arafah, pergilah ke kamar mandi, carilah tempat duduk yang tidak menyulitkan untuk beberapa waktu ke depan.
Makanlah makanan ringan berprotein tinggi, seperti kacang almond dan kismis. Selain bisa menyediakan banyak energi, makanan tersebut juga mampu menyerap banyak air, sehingga bisa meminimalisasi keinginan Anda untuk pergi ke toilet. Selain itu, usahakan untuk tidur siang sebentar.
Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang sangat menggugah sisi emosi-spiritual, tempat Anda diminta untuk berdiam diri, bermuhasabah, dan berdoa. Siapkanlah sapu tangan atau tisue yang banyak untuk membasuh air mata yang mungkin lama berhenti saat Anda mengingat tentang diri Anda, keluarga Anda, dan segala harapan yang Anda mohonkan kepada Allah Swt.
Apa yang Sebaiknya Dilakukan di Muzdalifah
Rangkaian ibadah lanjutan setelah selesai wukuf di Arafah adalah bermalam di Muzdalifah. Di tempat tersebut, Anda tidak diwajibkan untuk melakukan ekstra ibadah lainnya, karena Rasulullah Saw. pun tidak melakukannya. Beristirahatlah. Jika Anda sudah merasa lebih segar, mulailah mengumpulkan batu-batu kecil untuk melempar jamrah.
Pilihlah kerikil yang berukuran sebesar kuku tangan, namun jangan yang terlalu kecil/ringan karena akan lebih sulit mengenai target. Kumpulkan setidaknya 49 buah batu, usahakan untuk mencari lebih dari jumlah tersebut sebagai ekstra, jika ada batu yang hilang atau terjatuh).
Setelah fajar, Anda akan meninggalkan Muzdalifah untuk kembali ke Minna dan melempar jamrah dan diakhiri dengan tahalul atau mencukur rambut. Setelahnya, berakhirlah seluruh rangkaian ibadah haji Anda.
Alkisah Pemuda Indonesia Berjalan Kaki Ke Mekkah
Mochammad Khamim Setiawan (28) memulai perjalanannya dari Pekalongan pada 28 Agustus 2016 lalu. Ia melewati berbegai negara dengan berjalan kaki. Istirahat di masjid, menumpang di rumah orang yang ditemui, hingga bermalam di hutan di berbagai negara ia lakukan. Pada 19 Mei 2017, ia telah tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Kepada Khaleej Times, ia ceritakan perjalanannya.
Khamim meyakini bahwa berjalan kaki adalah keutamaan dalam menunaikan ibadah haji. Ini yang menjadi alasan baginya untuk menempuh perjalanan tersebut. Menguji kekuatan fisik dan spiritual merupakan tujuan Khamim berjalan kaki, selain keinginan untuk menyebar pesan berupa harapan, toleransi dan keharmonisan hubungan sesama manusia.
Selama perjalanan, Khamim menjalankan ibadah puasa setiap hari. Kebiasaan berpuasa setiap hari, kecuali di hari besar agama Islam, telah ia lakukan selama lima tahun terakhir. Kondisinya yang berpuasa, membuatnya hanya berjalan di malam hari. Dalam kondisi fisik yang baik, ia dapat menempuh perjalanan sepanjang 50 kilometer, dan hanya sekitar 15 kilometer jika kakinya merasa capek.
Hebatnya meski tidak meminum suplemen khusus, selama perjalanan ini hanya dua kali ia mengalami sakit, yaitu di Malaysia dan India. Untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya dari perubahan cuaca di negara-negara yang dilalui, Khamim hanya mengonsumsi campuran air dan madu.
Dua potong kaos dan celana, dua pasang sepatu, sejumlah kaos kaki dan pakaian dalam, sebuah kantung tidur, tenda, lampu, telepon pintar dan GPS, adalah seluruh barang yang ia bawa. Hanya itu. Seluruh perlengkapan ia masukkan dalam sebuah tas punggung yang di luarnya terpasang sebuah bendera mini Indonesia. Ada tulisan "I'm on my way to Mecca by foot" di kaosnya, untuk memberi pesan kepada orang-orang yang ditemui di perjalanan tentang misinya menuju Mekah.
Khamim merupakan Sarjana Ekonomi dari Universitas Negeri Semarang. Ia memiliki perusahaan kontraktor yang sedang berkembang, namun ia tinggalkan demi menjalankan misi ini. Ia jalani misi dengan modal hanya sedikit rupiah di saku. Lantas, bagaimana cara ia memenuhi kebutuhan selama di perjalanan?
"Saya tak pernah meminta-minta, namun saya selalu bertemu orang yang memberi makanan dan bekal lainnya," jelas Khamim. Dalam perjalannya, Khamim diterima di berbagai tempat, termasuk di rumah-rumah ibadah agama lain. "Saya disambut di kuil Budha di Thailand, diberi makanan oleh warga desa di Myanmar, bertemu dan belajar dengan ilmuwan muslim berbagai negara di sebuah masjid di India, dan berteman dengan pasangan Kristen asal Irlandia yang bersepeda di Yangon," kisahnya.
Khamim percaya, bahwa berhaji tak hanya soal interaksi dengan sesama muslim, namun juga manusia dari berbagai keyakinan berbeda. Bertemu dan mempelajari budaya berbeda, bagi Khamim, akan tumbuhkan rasa toleransi yang juga merupakan bentuk kepatuhan kepada Tuhan.
Baginya, kesempatan bertemu orang-orang baik dalam perjalanannya merupakan anugerah Tuhan. Sebab pertemuan itu membuatnya terus bisa lanjutkan perjalanan, meski tak miliki banyak uang. Perjalanan 9.000 kilometer ini rencananya akan berakhir di Mekah pada 30 Agustus 2017 nanti, atau sehari sebelum Idul Adha. Saat itu sekaligus menjadi penanda, akan setahun perjalananya dengan berjalan kaki ke Mekah.
0 Response to "Yang Harus Anda Lakukan Saat Menuju Mekkah"
Posting Komentar