Saudara-saudaraku, sungguh beruntung
bagi siapapun yang mampu menata qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan
selamat. Sungguh berbahagia dan mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki
qolbu yang tertata, terpelihara, dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena
selain senantiasa merasakan kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan,
dan indahnya hidup di dunia ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat
pula dari indahnya setiap aktivitas yang dilakukan.
Betapa tidak, orang yang hatinya
tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih. Bagai embun menggelayut
di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu terpancari sejuknya sinar
mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Tidak berlebihan jika
setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah yang cerah, ceria, penuh
sungging senyuman tulus seperti ini.
Begitu pula ketika berkata,
kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari kata-kata yang menyombongkan
diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya, subhanallah. Setiap
butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan baik ini, akan
terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan mamfaat. Tutur
katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan di lubuk
hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.
Kesehatan tubuh pun terpancari pula
oleh kebeningan hati, buah dari kemampuannya menata qolbu. Detak jantung
menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi
diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi
lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit. Tentu saja tubuh yang sehat dan segar
seperti ini akan jauh lebih memungkinkan untuk berbuat banyak kepada umat.
Orang yang bening hati, akal
pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak ada waktu untuk berpikir
jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk menzhalimi orang lain, sama
sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya sangat berharga. Mana mungkin
sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal yang tidak berharga? Sungguh
suatu kebodohan yang tidak terkira.
Karenanya dalam menjalani setiap
detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya untuk menyelesaikan
setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang berbening hati seperti
ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih mudah menyerap aneka
ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan beragam kreativitas
pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah membuahkan aneka solusi
optimal dari kemampuan akal pikirannya.
Walhasil, orang yang telah tertata
hatinya adalah orang yang telah berhasil merintis tapak demi tapak jalan ke
arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia menjalin hubungan dengan sesama
manusia pun menjadi sesuatu yang teramat mengesankan. Hatinya yang bersih
membuat terpancar darinya akhlak yang indah mempesona, rendah hati, dan penuh
dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa akan merasa kesan yang mendalam, siapapun
yang bertemu akan memperoleh aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah
sekalipun, orang seperti ini menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.
Dan, Subhanallah, lebih dari semua
itu, kebeningan hatipun ternyata dapat membuat hubungan dengan Allah menjadi
luar biasa mamfaatnya. Dengan berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan
menyebut-Nya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat
hatinya menjadi tenang dan tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih
akrab dengan Allah, ibadahnya lebih terasa nikmat dan lezat.
Begitu pula do’a-do’anya menjadi
luar biasa mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi
persoalan-persoalan hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah
karunia perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.
Pendek kata orang yang bersih hati
itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya.
Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat kelak. Tidak rindukah kita
memiliki hati yang bersih?
Silahkan bandingkan dengan orang
yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk, semrawut, dan kusut masai. Wajahnya
bermuram durja, kusam, dan senantiasa tampak resah dan gelisah. Kata-katanya
bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun senantiasa dikotori buruk sangka, dendam
kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang
lain bahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk,
hingga sulit untuk dihilangkan.
Tak berlebihan bila perilakunya pun
menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku terhormat, lebih dari itu, badannya
pun menjadi mudah terserang penyakit. Penyakit buah dari kebusukan hati, buah
dari ketegangan jiwa, dan buah dari letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah
kehidupan. Selain itu, akal pikirannya pun menjadi sempit dan bahkan lebih
banyak berpikir tentang kezhaliman.
Oleh karenanya, bagi orang yang
busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk bertambah ilmu. Segenap waktunya
habis hanya digunakan untuk memuntahkan ketidaksukaannya kepada orang lain.
Tidak mengherankan bila hubungan dengan Allah SWT pun menjadi hancur
berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan bahkan menjadi rusak dan
kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat Allah. Akibatnya pun
jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka masalah pun segera
datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada Allah).
Ternyata hanya kerugian dan kerugian
saja yang didapati orang berhati busuk. Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT
dalam hal ini telah mengingatkan kita dalam sebuah Firman-Nya : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
(Q.S. Asy-Syam [91] : 9 – 10).
Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu
kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan mati. Marilah kita bersama-sama
bergabung dalam barisan orang-orang yang terus memperbaiki diri, dan
mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana menjadikan hidup indah dan
prestatif dengan bening hati, Insya Allah.