Indonesia sedang bersiap memasuki era kendaraan listrik. Sejumlah pabrikan otomotif kelas dunia pun sudah menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di negeri ini. Sebut saja Toyota. Melalui Kawasan Asia, CEO Toyota Motor Corporation Yoichi Miyazaki menyatakan pabrikan asal Jepang itu akan segera memproduksi mobil listrik di Indonesia.
Dalam virtual meeting yang juga dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Yoichi mengatakan perusahaannya siap menggelontorkan dana investasi hingga USD 2 miliar atau setara Rp28,29 triliun untuk rencana tersebut. "Setidaknya dalam lima tahun ke depan, Toyota sudah menyiapkan sepuluh jenis kendaraan listrik untuk konsumen Indonesia. Teknologi kendaraan Toyota juga siap mendukung penerapan B30 di Indonesia.
Begitu juga dengan pabrikan asal Korea Selatan, Hyundai Motor Company. Hyundai yang merupakan salah satu konglomerat di negara Ginseng itu telah menyiapkan modal sebesar USD 2 miliar atau setara Rp28 triliun untuk membangun pabrik mobil listrik di Jawa Barat. Seperti dilansir Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pabrikan kendaraan asal Korea Selatan itu akan merealisasikannya secara bertahap. Tahap pertama adalah USD 1,5 miliar (Rp 21 triliun) untuk membangun pabrik. Sisa USD 500 juta atau Rp 7 triliun akan digunakan untuk membangun jaringan dealer.
Hyundai akan mulai berproduksi pada 2021. Sebagai gantinya, pemerintah berencana memberikan insentif berupa tax holiday. Selain produsen Jepang dan Korea Selatan, pemerintah juga mengundang Tesla dari Amerika Serikat untuk berinvestasi mobil listrik di Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga menawarkan Indonesia sebagai tempat investasi Tesla.
Keterlibatan kepala negara dalam merekrut Tesla terungkap dalam pernyataan Septian Herio Seto, Deputi Bidang Koordinasi Penanaman Modal dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Menurut Septian, Presiden Joko Widodo sempat melakukan percakapan telepon dengan CEO Tesla Elon Musk. “Presiden Jokowi mengundang Tesla untuk berinvestasi di industri mobil listrik dan baterai lithium di Indonesia,” kata Septian mengisahkan diplomasi tingkat tinggi tersebut.
Rencana sejumlah pabrikan kelas dunia untuk berinvestasi di kendaraan listrik tentu menjadi kabar gembira. Jika hal itu benar-benar terwujud, maka akan menjadi angin segar bagi Indonesia untuk memacu pertumbuhan ekonominya pasca badai wabah pandemi sejak Februari 2020.
Dalam rangka percepatan penggunaan kendaraan bermotor listrik, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019 tentang Program Percepatan Akselerasi Kendaraan Listrik Aki Untuk Angkutan Jalan yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 8 Agustus 2019.
Sebenarnya tidak hanya dari segi regulasi, sejumlah persiapan sudah dilakukan pemerintah, mulai dari menyiapkan infrastruktur kelistrikan sebagai penggerak utama kendaraan, membuat road map Indonesia 4.0, hingga menebar iming-iming insentif bagi industri otomotif. pemain untuk memproduksi kendaraan listrik dan baterai di dalam negeri.
Sepeda Motor Listrik
Padahal, rencana kendaraan berbasis listrik bukan sekadar monopoli kendaraan roda empat. Padahal, kendaraan listrik di Indonesia juga sudah dimulai dengan sepeda motor. Selain harganya yang terjangkau, rasio kepemilikan sepeda motor terus meningkat setiap tahunnya. Wajar jika pabrikan otomotif juga tertarik untuk berinvestasi di sepeda motor, termasuk kendaraan berbasis listrik masa depan. Betapa tidak, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka tahunan penjualan sepeda motor meningkat tajam sejak 2003 dan mencapai penjualan lebih dari 6 juta unit pada 2019.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat kontribusi konsumsi energi terbesar berasal dari sektor transportasi yang hampir seluruhnya dipasok oleh bahan bakar sebesar 99,9%, gas sebesar 0,05%, dan listrik 0,04%. Dari uraian tersebut, jika sepeda motor listrik mendapat insentif, harga yang ditawarkan juga bisa lebih bersaing dibanding sepeda motor berbahan bakar minyak.
Hal ini tentunya juga dapat menarik perhatian konsumen. Dari segi harga misalnya, sejumlah motor yang dipasarkan seperti Viar Q1 dan Gesits tidak jauh berbeda dengan skuter matik konvensional. Kisaran harga keduanya berada di kisaran Rp. 18 juta sampai dengan Rp. 28 juta.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, terdapat 15 produsen sepeda motor listrik hingga semester I / 2020. Kementerian memperkirakan kapasitas produksi akan mencapai 877.000 unit per tahun dan menyerap tenaga kerja sekitar 1.400 orang.
Selain itu, terdapat 24 model sepeda motor listrik yang telah memperoleh Sertifikat Tes Jenis (SUT), dan sebagian besar memiliki Sertifikat Pendaftaran Tes Jenis (SRUT). Uji Jenis adalah uji fisik kendaraan bermotor atau penelitian desain dan rekayasa kendaraan bermotor, sebelum diproduksi, dirakit, atau diimpor secara massal.
Beberapa merek yang telah mendaftarkan model sepeda motor listrik dan telah menerima SUT, antara lain Viar, Magnum, Honda, SDR, Gesits, Migo, Niu, ECGO, Elvindo, Volta, Cakra, Kymco, Selis, United, TVS, dan Electro. Semuanya ada di depan pintu dan siap meluncur di jalan.
Tentunya peningkatan penggunaan kendaraan listrik juga harus didukung dengan ketersediaan infrastruktur pendukung. Oleh karena itu, Kementerian ESDM belum lama ini mencanangkan pengoperasian Stasiun Pertukaran Aki Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), sehingga total menjadi sembilan unit.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jisman Hutajulu mengatakan tarif tarif kendaraan listrik di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan di negara lain. Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 13/2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Tenaga Listrik Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai, tarif pengisian kendaraan listrik melalui stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) berkisar antara Rp 1.644,52 hingga Rp. 2.466,78 per kWh.
"Jika dibandingkan dengan tarif fast charging di beberapa negara, harganya di atas [Rp 2.466,78 per kWh] untuk semua, kecuali China yang di bawahnya," kata Jisman. Sedangkan total SPKLU saat ini baru mencapai 62 unit yang tersebar di 37 lokasi. Jumlah SPKLU ditargetkan meningkat menjadi 2.465 unit pada tahun 2025.
Dari uraian tersebut, pemerintah tidak bisa sendirian menyediakan infrastruktur pendukung. Pemerintah perlu mengajak seluruh pelaku industri otomotif untuk mendukung program percepatan tren kendaraan listrik di Indonesia, termasuk harganya yang tentunya harus kompetitif.
0 Response to "Indonesia Akan Mulai Mengembangkan Kendaraan Listrik"
Posting Komentar