Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang beberapa larangan bagi seorang yang berhadas dan junub. Pembahasan ini saya rangkum dari berbagai sumber. Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Terdapat beberapa amalan yang dilarang bagi setiap orang yang berhadas dan junub selama ia belum bersuci dari hadas dan junubnya, baik itu besar maupun kecil.
Hal Diharamkan Pada Orang Barhadas Kecil
Apabila seorang muslim berhadas, yakni tidak dalam keadaan mempunyai wudu, maka diharamkan kepadanya beberapa hal:
1. Memegang mush-haf, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk Yaman:
لا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلا طَاهِرٌ
“Tidak boleh menyentuh Alquran, kecuali orang-orang yang telah bersuci.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha, Tabrani, Ad-Darimi, dan Hakim).
Adapun membaca Alquran tanpa menyentuh mushaf adalah diperbolehkan.
2. Salat. Seorang yang berhadas tidak boleh melakukan salat, kecuali berwudu terlebih dahulu, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ
“Salat tidak akan diterima tanpa bersuci (terlebih dahulu).” (HR. Muslim & TIrmudzi).
Seseorang yang berhadas dibolehkan sujud tilawah dan sujud syukur, karena keduanya bukan salat. Namun yang lebih utama adalah berwudu terlebih dahulu sebelum melakukan keduanya.
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
“Allah tidak menerima shalat salah seorang diantara kalian jika berhadas hingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Tawaf. Seorang yang berhadas tidak boleh melakukan tawaf sebelum ia bersuci lebih dahulu, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ صَلاةٌ
“Tawaf di Baitullah adalah termasuk salat.” (HR. Nasa’i, Darimi, dan disahihkan Al-Albani)
Juga karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudu dahulu sebelum melakukan thawaf.
Hal Diharamkan Pada Orang Berhadas Besar (Junub)
1. Sholat
Berdasarkan firman Allah ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (QS. An-Nisa’ 4 : 43).
Maksud kata “shalat” dalam ayat tersebut yang berkaitan dengan junub adalah tempat shalat. Sebab, melewati jalan tidak mungkin dilakukan dalam shalat, tetapi dilakukan di tempat shalat. Oleh karena itu, larangan shalat bagi orang yang junub merupakan larangan yang lebih kuat daripada larangan melewati jalan di tempat shalat (orang yang junub hanya boleh untuk sekedar berlalu saja, bagaimana mungkin dia bisa menetap di tempat shalat dan mengerjakannya?).
Hal ini juga berdasarkan riwayat Muslim dan yang lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ
“Tidak diterima shalat tanpa bersuci”.
Makna hadits ini mencakup kesucian orang yang berhadats dan orang yang junub. Hadits ini menunjukkan haramnya shalat dari keduanya.
2. Membaca al-Qur’an
Dari Ibnu Umar beliau berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَقْرَأُ الْجُنُبُ وَالْحَائِضُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ
“Orang junub dan wanita haid tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al-Qur`an.”(HR. Ibnu Majah, hadits ini hadits dhaif).
Tambahan catatan dari kitab al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam An-Nawawi:
Madzhab kami adalah haram membaca al-Qur’an sedikit maupun banyak bagi orang yang junub dan wanita yang sedang haid. Ini adalah pendapat kebanyakan ulama’. Ini diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab, Ali, dan Jabir radhiyallahu ‘anhum, juga pendapat Hasan al-Bashri, Az-Zuhri, An-Nakha’i, Qatadah, Ahmad, dan Ishaq.
Di dalam kitabnya Sunannya, Imam At-Tirmidzi menulis:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقْرَأْ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ حَدِيثٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ إِسْمَعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقْرَأْ الْجُنُبُ وَلَا الْحَائِضُ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِثْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ قَالُوا لَا تَقْرَأْ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ مِنْ الْقُرْآنِ شَيْئًا إِلَّا طَرَفَ الْآيَةِ وَالْحَرْفَ وَنَحْوَ ذَلِكَ وَرَخَّصُوا لِلْجُنُبِ وَالْحَائِضِ فِي التَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ
Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al Qur’an.” Ia berkata; “Dalam bab ini ada juga hadits dari Ali.” Abu Isa berkata; “Hadits Ibnu Umar, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Isma’il bin Ayyasy, dari Musa bin Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Seorang yang junub dan wanita haid tidak boleh membaca Al Qur`an.” Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi’in dan orang-orang setelah mereka seperti Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Mereka mengatakan, “Wanita haid dan orang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an, kecuali ujung ayat, atau satu huruf, serta yang semisalnya. Namun mereka memberi keringanan bagi orang junub dan wanita haid untuk membaca tasbih (Subhanallah) dan tahlil (Laa Ilaaha Illalaah).”
Menurut kami, pendapat inilah yang kuat yang merupakan pendapat kebanyakan ahli ilmu dari salafus shalih yaitu para sahabat, tabi’in dan orang – orang setelah mereka sebagaimana dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dan Imam At-Tirmidzi di atas.
Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al Qur’an.” Ia berkata; “Dalam bab ini ada juga hadits dari Ali.” Abu Isa berkata; “Hadits Ibnu Umar, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Isma’il bin Ayyasy, dari Musa bin Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Seorang yang junub dan wanita haid tidak boleh membaca Al Qur`an.” Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi’in dan orang-orang setelah mereka seperti Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Mereka mengatakan, “Wanita haid dan orang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an, kecuali ujung ayat, atau satu huruf, serta yang semisalnya. Namun mereka memberi keringanan bagi orang junub dan wanita haid untuk membaca tasbih (Subhanallah) dan tahlil (Laa Ilaaha Illalaah).”
Menurut kami, pendapat inilah yang kuat yang merupakan pendapat kebanyakan ahli ilmu dari salafus shalih yaitu para sahabat, tabi’in dan orang – orang setelah mereka sebagaimana dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dan Imam At-Tirmidzi di atas.
3. Menyentuh mushaf dan membawanya
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS. Al-Waqi’ah 56 : 79).
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
“Tidak ada yang boleh menyentuh al Qur’an kecuali yang telah bersuci.” (Daruquthni meriwayatkannya secara marfu’ dan Malik meriwayatkannya di dalam al-Muwaththa’nya secara mursal).
4 Thawaf
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Thawaf di Baitullah itu seperti shalat, hanya saja kalian dibolehkan berbicara. Karena itu, siapa yang berbicara dalam tawaf, berbicaralah yang baik saja.” (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya).
Karena thawaf itu sama dengan shalat, maka orang yang junub juga dilarang untuk thawaf sebagaimana halnya mereka terlarang untuk shalat.
5 Berdiam di dalam masjid
Berdasarkan firman Allah ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (QS. An-Nisa’ 4 : 43).
Hal ini juga berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُبٍ
Aku tidak menghalalkan masuk Masjid untuk orang yang sedang haid dan juga orang yang sedang junub. (HR. Abu Dawud).
Jadi yang dilarang sebenarnya adalah menetap (singgah dalam waktu lama) dan berulang kali keluar masuk masjid, bukan sekadar masuk ke masjid.
0 Response to "Yang Diharamkan Pada Orang Barhadas Dan Junub"
Posting Komentar