Perlu untuk diingat bahwa ziarah kubur pada mulanya adalah dilarang sebelum akhirnya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan untuk melakukannya. Larangan tersebut memang sangat beralasan, karena masalah kubur memang sangat rawan akan bahaya kesyirikan, yang itu merupakan lawan dari dakwah beliau (yakni dakwah tauhid).
Selain itu pada masa awal berkembangnya Islam kondisi keimanan para shahabat masih dalam tahap pembinaan, jadi sebagai tindakan preventif sangat wajar jika beliau melarang kaum muslimin melakukan ziarah kubur. Bahkan ketika para shahabat telah menjadi orang mukmin pilihan beliau masih tetap saja memperingatkan mereka dari bahaya kubur, sebagaimana tercermin dalam sabda beliau menjelang kewafatannya :
“Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid".
Peringatan tersebut tentunya juga ditujukan kepada kita semua selaku umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah berada jauh dari generasi shahabat, apalagi jika aqidah kita masih sangat pas-pasan bahkan cenderung masih lemah. Jangan sampai izin yang diberikan Rasulullah justru menjadi bumerang yang berbalik membinasakan kita. Bukannya pahala ziarah yang didapat namun malah terjurumus dalam jurang dosa bahkan dosa yang tak terampunkan yakni syirik, na'udzu billah min dzalik.
Kalau kita perhatikan ternyata apa yang dikhawatirkan oleh Rasulullah kala itu memang terjadi di zaman ini, dimana masih banyak kita dapati kaum muslimin yang salah dalam menerapkan aturan ziarah kubur, mereka melakukan ziarah sekedar mengikuti apa yang menjadi kemauan sendiri atau sesuatu yang sudah menjadi tradisi tanpa memperhatikan nilai-nilai dan rambu-rambu syari’at.
Diantara beberapa kekeliruan seputar kubur yang patut diperhatikan adalah sebagai berikut :
- Mengkhususkan hari-hari/waktu-waktu tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum’at, tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, sebelum datang puasa Ramadhan (bahasa jawanya : Nyadran/Sadranan), pada hari raya dan sebagainya. Semua itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah MENGKHUSUSKAN HARI-HARI/WAKTU-WAKTU TERTENTU untuk berziarah kubur.
- Thawaf (mengelilingi) kuburan, beristighatsah (minta perlindungan) kepada penghuninya terutama sering terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula menyembelih disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Shalat diatas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.
- Membangun kubur, memberi penerangan (lampu), memasang selambu atau tenda diatasnya. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Menaburkan bunga-bunga dan pelepah pepohonan diatas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa.
- Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.
- Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab sehingga harus memilih tempat tersebut.
- Membawa dan membaca Mushaf Al Qur’an diatas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan. Juga mengkhususkan membaca surat Yasin dan Al Fatihah untuk para arwah.
- Ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda : “Allah melaknat para wanita yang sering berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid". (Riwayat Imam Ahmad dan Ahlus sunan secara marfu’).
- Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira’ (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.
- Berdiri didepan kubur sambil bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat (terkesan meratapi atau mengheningkan cipta, red). (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Buang hajat diatas kubur.
- Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
- Memakai sandal ketika memasuki komplek pemakaman, namun dibolehkan jika ada hal yang mambahayakan seperti duri, kerikil tajam atau pecahan kaca dan sebagainya, atau ketika sangat terik dan kaki tidak tahan untuk menginjak tanah yang panas.
- Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat pedupaan untuk membakar kayu cendana atau menyan/kemenyan.
- Duduk diatas kuburan. (fenomena ini banyak dilakukan).
- Membawa jenazah dengan sangat pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
- Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara ibadah disana. (Pada poin ini sangat mirip sekali dengan ajaran sesat Syi'ah).
Ziarah kubur memiliki banyak hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah :
Pertama : Ia akan mengingatkan akherat dan kematian, sehingga dapat memberikan pelajaran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Dan itu semua tentu akan memberikan dampak positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi.
Kedua : Mendo’akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampunan untuk mereka.
Ketiga : Termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
Keempat : Untuk mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilakukan.
Hikmah ziarah kubur ini juga tertuang dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Dulu aku melarang kalian semua berziarah kubur, maka (sekarang) ziarahilah ia.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan : “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada kematian, dan dalam riwayat At Tirmidzi : “Karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada akherat".
Sunnah-Sunnah Dalam Ziarah Kubur yang seharusnya anda lakukan
Agar manfaat dan hikmah yang telah tersebut diatas bisa diperoleh dengan sempurna maka seseorang yang akan melakukan ziarah kubur harus mengetahui sunnah dan tata cara berziarah yang benar sesuai tuntunan syari’at.
Di antara petunjuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam ziarah kubur adalah sebagai berikut :
1. Ziarah kubur DAPAT DILAKUKAN KAPAN SAJA, TIDAK HARUS MENGKHUSUSKAN HARI ATAU WAKTU TERTENTU, karena salah satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, tersentuh hingga menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.
2. Dianjurkan ketika pergi untuk ziarah kubur hadir dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi olehNya dan hanya bertujuan mencari keridhaanNya semata.
3. Disunnahkan kepada peziarah kubur untuk menyampaikan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan). Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah :
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
"Assalamu’alaikum ahladdiyaari minal mu’miniina wal muslimiina, wa inna insyaa Alloohu bikum laahiquuna wa yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriina as alullooha lanaa walakumul ‘aafiyata".
“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul, semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang (telah meninggal) terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang).” (lafazh ini berdasar riwayat Imam Muslim).
Tatacara dan adab ziarah kubur
Tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat mati dan mengingat akhirat sebagaimana dinyatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian." (HR Muslim dari Abu Buraidah)
Dari Anas bin Malik, "Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat." (HR Al Hakim)
Oleh karena itu, tujuan itu harus senantiasa dipancangkan di dalam hati orang yang berziarah. Selain itu, ada beberapa adab dalam berziarah kubur:
1. Dianjurkan melepas alas kaki
Dianjurkan menurut mazhab Hanbali, melepas sandal ketika masuk ke areal pemakaman karena ini sesuai dengan perintah dalam hadis Busyair bin Al Khashahshah: Ketika aku berjalan mengiringi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ternyata ada seseorang berjalan di kuburan dengan mengenakan kedua sandalnya. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan "Hai pemakai dua sandal, tanggalkan kedua sandal kamu!" Orang itu pun menoleh. Ketika dia tahu bahwa itu ternyata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia melepaskannya serta melemparkan keduanya. (HR. Abu Dawud, hasan)
Diperbolehkan tetap memakai sandal jika ada penghalang semacam duri, kerikil yang panas, atau semacam keduanya. Ketika itu, tidak mengapa berjalan dengan kedua sandal di antara kuburan untuk menghindari gangguan itu.
2. Membaca surat pendek
Dianjurkan membacakan Alquran atau surat pendek. Ini adalah sunah yang dilakukan di kuburan. Pahalanya untuk orang yang hadir, sedang mayat seperti halnya orang yang hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat.
Disunahkan membaca surat Yasin seperti yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al Hakim dari Maqal bin Yassar, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Bacakanlah surah Yasin pada orang yang meninggal di antara kalian."
Sebagian ulama menyatakan hadis ini dhaif. Imam Asy Syaukani dan Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyebutkan bahwa hadis ini berstatus hasan. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa membacakan Alquran ini dilakukan saat sakaratul maut, bukan setelah meninggal.
3. Mendoakan si mayat
Selanjutnya mendoakan untuk mayat usai membaca Alquran dengan harapan dapat dikabulkan. Sebab doa sangat bermanfaat untuk mayat. Ketika berdoa, hendaknya menghadap kiblat.
Saat berziarah kubur di Baqi, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdoa dengan lafazh, "Allahummaghfir li Ahli Baqiil gharqad."
4. Berziarah dalam posisi berdiri
Disunahkan ketika berziarah dalam keadaan berdiri dan berdoa dengan berdiri, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika keluar menuju Baqi.
Selain itu, jangan duduk dan berjalan di atas pusara kuburan. Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur." Sedangkan jika berjalan di samping atau di antara pusara-pusara kubur, maka itu tidak mengapa.
5. Menyiramkan air di atas pusara
Diperbolehkan menyiramkan air biasa di atas pusara si mayat berdasarkan hadis berikut, "Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya." Hadis diatas oleh Abu Dawud dalam Al Marasil, Imam Baihaqi dalam Sunan, Thabarani dalam Mujam Al Ausath. Syaikh Al Albani menyatakan sanadnya kuat di dalam Silsilah Ahadits Shahihah.
Sedangkan menyiram dengan air kembang tujuh rupa atau menabur bunga, maka itu tidak dituntunkan oleh syariat.
Kesimpulan :
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya ziarah kubur itu ada dua macam :
1. Ziarah syar’iyah yang diizinkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan dalam ziarah ini ada dua tujuan, pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan, yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari orang yang berziarah.
2. Ziarah bid’iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu, bukan sebagaimana yang tersebut diatas, diantaranya untuk shalat disana, thawaf, mencium dan mengusap-usapnya, mengambil sebagian dari tanah atau batunya untuk tabaruk, dan memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran rizki, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari segala petaka dan marabahaya dan permintaan-permintaan lain yang hanya biasa dilakukan oleh para penyembah berhala dan patung saja.
Maka selayaknya setiap muslim berpegang dengan ajaran agamanya, dengan kitabullah dan sunnah nabinya serta menjauhi segala bentuk bid’ah dan khurafat yang tidak pernah diajarkan dalam Islam. Dengan itu maka akan diperoleh kebahagiaan didunia maupun diakherat kelak, karena seluruh kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada Allah dan rasulNya sedang keburukan selalu ada dalam kemaksiatan dan ketidaktaatan. Semoga bermanfaat buat kita semua.
0 Response to "Wajib Tahu Larangan-larangan Dalam Ziarah Kubur!! "
Posting Komentar