Suara hati nurani adalah kekuatan dalam bentuk bisikan yang datang dari dalam diri manusia yang hatinya sudah mendapat sinar dari Allah, sehingga ia dapat membedakan mana yang baik untuk dilakukan, dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Dia memerintah untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dan melarang hal yang sebaliknya.
Ketika kewajiban dilaksanakan, tanggung jawab diselesaikan dan segala perintahnya dituruti, respon hati nurani akan lapang, tenang, dan puas. Namun sebaliknya, apabila kewajiban dikebelakangkan, dia akan merasa sedih dan takut serta menjadi beban pikiran.
Suara hati nurani merupakan anugerah fitrah dari Allah. Berbeda dengan akal. Akal merupakan hasil perolehan, maksudnya, potensi akal kita semua sama, tergantung pemeliharaan dan pemupukannya. Sedangkan hati nurani itu murni adanya.
Hati nurani yang memerintahkan agar menetapi kewajiban, bukan karena balasan dan siksaan, kecuali ganjaran terhadap dirinya dengan merasa gembira dan siksaan dirinya karena merasa tercela dan menyesal. Sebagian ada yang mengatakan “Di dalam bathin manusia itu ada dua suara, suara was-was ( temptation ) dan hati nurani. Masing-masing dari dua suara itu adalah kecenderungan yang tertekan, karena pada manusia itu ada keinginan baik, ada keinginan buruk. Apabila keinginan buruk itu ditekan, terdengar suara suara was-was dan bujukan yang mengajak ke arah keburukan, dan bila keinginan baik ditekan terdengar hati nurani menderita karena keburukan dan memanggil berbuat baik, maka was-was itu adalah suara keburukan yang menguasai kebaikan, dan hati nurani itu adalah suara kebaikan yang menguasai keburukan
Semua alternatif lain yang muncul setelah kata hati adalah “suara hawa nafsu” yang berusaha menghapus kata hati. Hawa nafsu berusaha sekuat tenaga untuk mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan yang benar dan mendorong kepada perbuatan buruk.
Suara ini mungkin tidak nampak jelas. Bisa muncul berupa serangkaian alasan yang nampaknya masuk akal. Pengaruhnya bisa menyebabkan seseorang berpikiran “semua ini (hati nurani) tak berarti sama sekali”. Kenyataan ini disebutkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan jiwa yang Allah sempurnakan dan ilhamkan padanya pengetahuan akan dosa dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan jiwa.” (Surat Asy-Syams: 7-9)
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia merupakan sasaran dosa (hawa nafsu), namun diberi kesadaran bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menghindarinya. Manusia diuji untuk memilih antara kebaikan dan keburukan.
Adapun fungsi kekuatan hati nurani, dapat disebutkan bahwa :
- Apabila kekuatan mengiringi suatu perbuatan, akan memberi petunjuk dan menakuti dari kemaksiatan.
- Apabila kekuatan mengiringi suatu perbuatan, akan mendorongnya untuk menyempurnakan perbuatan yang baik dan menahan dari perbuatan yang buruk.
- Apabila kekuatan menyusul setelah perbuatan, akan merasa gembira dan senang apabila melakukan perbuatan yang di taati, namun akan merasa sakit dan pedih waktu melanggar prbuatan tercela.
Suara hati juga berfungsi sebagai pembeda antara yang baik dan yang buruk sesuai dengan faham yang dianut, namun tanpa melihat akibat selanjutnya. Kembali mengambil kalimat dari Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari mengenai fungsi suara hati nurani.
اَوْرَدَ عليك الواردُ ليَتَسَلَّمكَ من يد الأغيار و يُهَرِّرُكَ من وَرَقِ الأثار
(Allah mendatangkan warid kepadamu agar kamu selamat dari cengkraman duniawi dari nafsu syahwat, serta agar kamu bebas dari belenggu sifat-sifat untuk menuju ke alam penglihatanmu kepada Nya )
0 Response to "Suara Lain Di Dalam Hati Selain Suara Hati Nurani?"
Posting Komentar