Untuk Yang Masih Gagal Paham Dengan Ijtima Ulama | ADDY SUMOHARJO BLOG

Untuk Yang Masih Gagal Paham Dengan Ijtima Ulama

Silahkan kita pelajari dan direnungi dengan rasional dan hati nurani drama politik tadi malam yang telah diperankan oleh 2 aktor Calon Pemimpin Bangsa Indonesia yang sangat kita cintai ini, semoga kita selalu berada dalam perlindungan Allah SubhanawataAllah. 
Soal Pilpres saya sendiri tidak mau ambil pusing dan tidak punya wewenang untuk berbicara siapa pendamping Prabowo dan siapa mitra koalisinya serta prabowo ini juga merupakan Capres yang direkomendasikan di Ijtima Ulama. Saya hanya fokus memilih imam dan tidak peduli siapa yang adzan dan yang qomat. Saya hanya fokus memilih sopir untuk mencapai tujuan dengan selamat dan tidak peduli siapa kondekturnya.

Pelajaran Penting Dari Deklarasi PRABOWO-SANDI DAN JOKOWI-MA'RUF AMIN
Salah satu pelajaran tadi malam adalah Pak Prabowo menunjukkan kesetiaan kepada kawan. PKS dan PAN adalah kawan setia Gerindra. Meskipun ada godaan dari Demokrat, tetapi ketika PKS dan PAN harus ditinggalkan, hati Prabowo tak rela dan tak sudi.

Sebagai prajurit, kesetiaan kepada kawan adalah hal yang sangat penting. Karena pengkhianatan kepada kawan ketika berjuang adalah dosa terbesar bagi seorang prajurit. 

Di sisi lain, kita melihat sikap egois mementingkan kepentingan sendiri dari seorang SBY yang dipikirkan cuma karier anaknya. Bukan memikirkan kepentingan bangsa. Dua kali di hari yang sama Prabowo dengan legowo mendatanginya, tetapi sisi egoismenya masih kukuh.

Selanjutnya, kita melihat bagaimana kubu Jokowi mempermainkan seorang tokoh bangsa sekelas Mahfud MD mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, beberapa kali menjadi menteri, bahkan menjadi pejabat dan penasehat di lembaga pancasila yang didirikan oleh Jokowi sendiri, BPIP di-php tingkat tinggi..! Sudah diminta kirim cv dan siapkan baju. Sudah diminta siap-siap di dekat tempat deklarasi tapi akhirnya tak jadi merapat.

Kedewasaan Ustadz Abdul Somad yang masih muda mengalahkan nafsu jabatan kiyai yang lebih sepuh... Ustadz Abdul Somad lebih paham soal kondisi umat dan tidak mau umat makin terpecah karena politik. Tapi kiyai sepuh malah bergembira dan bersedia menjadi kiyai partisan buat dijadikan bumper. Menyediakan diri sebagai pagar betis pertahanan koalisi Jokowi yang trauma dengan kekalahan Ahok di Pilkada DKI.

Dan kecerdasan dan cara pandang yang jauh oleh Ustadz Abdul Somad dibaca betul oleh koalisi Prabowo yang sadar betul kalau menjadikan ulama sebagai Cawapres, maka umat larut dalam konflik. Artinya, kubu Prabowo berusaha untuk menjauhkan umat dari konflik perang tafsir ayat-ayat suci. Sementara kubu Jokowi hendak memakai ayat-ayat suci untuk melegitimasi dan meraih kemenangan.

Dari segi nuansa deklarasi, koalisi Prabowo lebih banyak memperlihatkan suasana islami. Pak Prabowo bilang akan mendaftar selepas sholat jum'at bersama-sama di Istiqlal. Mudah-mudahan tidak ada tekanan dari kubu Jokowi kepada Takmir Masjid Istiqlal sehingga sholat jum'at bersama para tokoh bangsa di kubu Prabowo dilarang. Pak Amien mengutip ayat Al Quran yang sangat pas... _"Barang siapa yang dimuliakan oleh Allah, maka tak ada seorang pun yang mampu menghinakannya. Barang siapa yang dihinakan Allah, maka tak ada seorang pun yang mampu memuliakannya. Dan kepada Allah-lah seorang muslim itu bersandar"_.

Dan Ustadz DR. Salim Segaf langsung menutup dengan khidmat lewat doa-doa singkat yang menggetarkan hati. Selepas itu takbir dan shalawat menggema di acara deklarasi. Yang tersaji di deklarasi Jokowi hanyalah sekedar menyebut nama dan menyanjung KH. Ma'ruf Amin. Setelah itu foto bersama dan selesai. Tak ada sedikitpun nuansa agamis kecuali ucapan bismillah dan asssalamu'alaikum. Tak ada do'a bersama, tak ada kumandang salawat. Selepas konfrensi pers, semuanya selesai dan pergi...

Berikut pernyataan sikap Majelis Ormas Islam (MOI) yang telah disampaikan pada saat Ijtima Ulama dan wakil yang dipilih oleh bapak Prabowo adalah berdasarkan hasil keputusan Ijtima Ulama 9 Agustus 2018

Sang Jenderal Kardus Yang Terkenal Dan Berwibawa
Sejak semalam istilah kardus sedang ramai diperbincangkan. Massif di judul berita dan trending topic di sosial media. Semua itu bermula dari cuitan Andi Arief yang menyebut Prabowo sebagai "Jenderal Kardus".

Kardus bukanlah kata sifat yang negatif, melainkan kata benda yang positif. Kardus bukanlah sesuatu yang membahayakan dan menakutkan. Sebaliknya, kardus kerap membawa manfaat dalam kehidupan. Bagi orang miskin dan tunawisma, kardus adalah atap rumah dan tempat tidur mereka. Bagi anak ayam dan anak kelinci, kardus adalah tempat penyelamat agar hidup tetap hangat. Bagi minuman kaleng, kardus adalah tempat agar barisan tertata rapi dan terukur.

Bagi bahan mudah terbakar, kardus adalah pelindung dari sengatan matahari. Bagi barang berbau, kardus adalah pencegah aroma agar tidak menyengat. Bagi souvenir, kardus adalah cover atau tampilan agar terlihat indah. Dan masih banyak lagi manfaat dari benda yang bernama kardus.

Seperti itulah Prabowo menjalani hidup. Dia kerap menjadi pelindung bagi banyak orang, penyelamat masa depan banyak orang, komandan pengatur barisan perjuangan dan martir dalam mempertahankan kedaulatan. Dia selalu menempatkan kepentingan orang banyak di atas urusan pribadi. Prabowo bukan hanya lilin yang rela terbakar demi secercah cahaya, tetapi juga kardus yang kerap melindungi dari ancaman bahaya.

Karena itu, saya sama sekali tidak tersinggung dengan cuitan Andi Arief yang menyatakan Prabowo sebagai jenderal kardus. Hanya saja, saya tersinggung dengan pernyataan dia yang menuding Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Itu adalah tuduhan yang tidak cerdas dan fitnah yang kampungan.

Kalau Prabowo mengutamakan uang, buat apa dia habis-habisan untuk Sudrajat di Jawa Barat? Untuk apa dia mati-matian membantu Sudirman Said di Jawa Tengah? Buat apa juga Prabowo keluar berangkas saat memperjuangkan Anies Baswedan di Jakarta? Dan masih banyak lagi para kontestan pilkada yang sudah dibantu Prabowo bukan hanya melalui surat rekomendasi, tetapi juga bantuan materi.

Andi Arief mungkin tidak tahu kalau Prabowo setiap bulan harus mengeluarkan uang untuk membiayai kuliah ratusan mahasiswa. Andi Arief mungking tidak tahu kalau Prabowo setiap saat mengumpulkan anak muda dari berbagai daerah dan mendidiknya di Hambalang. Prabowo mengcover semua biaya kebutuhannya.

Bonus yang diberikan, fasilitas latihan hingga kebutuhan para atlet untuk mengikuti serangkaian kejuaraan kerap dikeluarkan Prabowo dari kocek pribadi. Harapannya cuma satu, Prabowo ingin pencak silat mendunia dan menjadi budaya yang digemari di banyak negara. Mungkin Andi Arief belum mengetahui itu.

Jangan-jangan, Andi Arief juga belum mengetahui siapa yang menyelamatkan dia dari peristiwa penculikan para aktivis pada zaman dahulu kala jadi janganlah menjadi manusia kacang yang lupa pada kulitnya. Marilah kita bersama-sama dan bergandengan tangan untuk fokus memilih imam dan tidak peduli siapa yang adzan dan yang qomat serta hanya fokus memilih sopir untuk mencapai tujuan dengan selamat dan tidak peduli siapa kondekturnya. Dan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia  mari bersama-sama dan bergandengan tangan untuk mensukseskan Hasil Keputusan Ijtima Ulama dengan memenangkan pasangan PRABOWO dan SANDIAGA untuk meningkatkan kemajuan dan kemandirian bangsa yang kita cintai ini. Wallahu a'lam bishawab hanya Allahlah yang maha benar.

Related Posts