Ketahuilah..!! apapun yang keluar dari lisan kita kelak akan ada hisab dan pertanggung jawabannya. Maka hindarilah berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat, karena itu akan membuat kita menyia-nyiakan waktu kita dari hal-hal yang bermanfaat. Apalagi jika pembicaraan itu mengandung keburukan. Bisa jadi anda akan menjadi agen kerusakan di muka bumi dengan cara ini. Bila ada bom yang meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah yang menyalakan sumbunya. Berikut beberapa contoh kondisi dari lisan yang terdengar biasa tapi berbahaya :
1. Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan :
"Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan ?"
"tidak ada" jawab adiknya pendek.
Saudara laki-lakinya berkata lagi :
"Masa sih, apa engkau tidak berharga disisinya? aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa".
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk dirumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami istri ini terjadi perceraian.
Dari mana sumber masalahnya ?
Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki kepada adik perempuannya
2. Saat arisan seorang ibu bertanya :
"Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit ? bukankah anak-anakmu banyak ?".
Rumah yang tadinya terasa lapang sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
3. Seorang teman bertanya :
'Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu ?".
Ia menjawab : "1,5 juta rupiah".
"Cuma 1,5 juta rupiah? sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu ?".
Sejak saat itu ia jadi membenci pekerjaannya. Ia lalu meminta kenaikan gaji pada pemilik toko, pemilik toko menolak dan malah mem PHK nya. Kini ia malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
4. Seseorang bertanya pada kakek tua itu :
"Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan ?"
Si kakek menjawab : "Sebulan sekali".
Yang bertanya menimpali : "Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Diusia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering". Hati si kakek menjadi sempit padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Apa sebenarnya keuntungan yang kita dapat ketika bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan diatas ?Jagalah diri dari mencampuri kehidupan orang lain. Jangan mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka dst dst. Berikut ini adalah beberapa perkara dari bahayanya lisan yang paling sering dilakukan manusia, maka jagalah lisan kita darinya :
1. Berkata bohong
RASULULLAH SAW bersabda : "sesungguhnya berdusta adalah salah satu pintu dari pintu-pintu kemunafikan"
2. Ingkar janji
Janji adalah hutang yang harus dibayar. Perbuatan ingkar janji juga merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu kemunafikan, dan ALLAH SWT sangat melarangnya. ALLAH SWT Berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 1 : "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (janji) itu"
3. Ghibah (menggunjing orang lain)
Orang yang ghibah maka sama saja ia memakan daging saudaranya yang telah mati. Adapun batasan ghibah adalah segala bentuk membicarakan orang lain yang mana apabila pembicaraan tersebut terdengar oleh orang yang dibicarakan akan membuatnya marah atau sakit hati. Dan orang yang mendengarkannya maka baginya adalah dosa yang sama dengan orang yang berbicara.
RASULULLAH SAW bersabda : "Berhati-hatilah kalian dari perbuatan ghibah, karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat dari zina. seorang pelaku zina yang bertaubat maka taubatnya diterima oleh ALLAH, sedangkan seorang pelaku ghibah yang bertaubat dosanya tidak akan diampuni oleh ALLAH hingga ia dimaafkan oleh orang yang digunjingnya"
4. Berbantah-bantahan dan saling berdebat
Berbantahan dan mendebat dengan tujuan mencela pendapat orang lain, dan mendustakannya serta menganggap remeh orang yang mengatakannya
5. Memuji diri sendiri
Karena memuji diri sendiri dapat menimbulkan sifat sombong dan riya'
6. Mencaci maki orang lain
RASULULLAH SAW tidak pernah berkata buruk apa lagi mencaci maki orang lain. walau itu orang kafir sekalipun. Dalam suatu riwayat dijelaskan : Nabi saw. bukanlah orang yang biasa mengucapkan kata-kata jorok, bukan pengutuk dan bukan pula tukang caci maki, [HR. Muslim dari Anas].
Dalam riwayat lain juga dijelaskan. suatu ketika Sahabat Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar mendoakan kecelakaan, keburukan atau kesengsaraan bagi orang-orang musyrik. Namun RASULULLAH SAW mengatakan : Aku tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan kasih sayang. (HR. Muslim).
Belakangan ini banyak sekali masyarakat yang dengan mudah mencaci maki orang lain, dan lebih parahnya yang dicaci maki tersebut adalah para alim ulama, habaib, kyai. Jika kepada orang kafir saja RASULULLAH melarang untuk mencaci maki, apalagi mencaci alim ulama, kyai, lebih-lebih Habaib yang beliau merupakan Dzuriyatun Nabi.
Apalagi saat ini dengan banyaknya media-media sosial yang membuat hampir tak ada sekat dan jarak di muka bumi ini. Semua orang dapat mengungkapkan apa saja di internet, khususnya media sosial. Hal ini bagaikan pisau bermata dua. jika penggunanya mampu menggunakan dengan benar sesuai syariat maka akan mengandung kemanfaatan. namun jika salah maka baginya segala macam bentuk kemudhorotan.
Jika kita belum bisa jadi orang alim, minimal kita cinta dengan orang alim. Jika kita belum bisa menjadi orang yang shaleh, minimal kita cinta dengan orang shaleh. Jika kita belum mampu menjadi orang berakhlak, minimal kita cinta dengan orang yang berakhlak. Bukan justru menghujatnya, menghinanya, mencacinya, dengan kata-kata kasar yang melukai. Kita boleh tak sepakat dengan siapapun, kepada tokoh, ulama, Habaib, Namun bukan berarti kita boleh untuk tidak menghormatinya, apalagi mencelanya. Berpendapatlah dengan santun agar tidak dosa dan melukai hati.
Jika RASULULLAH SAW saja, manusia yang paling mulia dan tinggi derajatnya saja tidak pernah mau mencaci maki orang lain, maka pantaskah kita yang penuh dosa ini saling mencela dan mencaci ? apalagi dicela dan dicaci maki itu adalah seorang alim ulama, kyai, Habaib, yang mana beliau semua adalah pewaris para Nabi yang akan menuntun kita menuju jalan yang ALLAH Ridhoi.
7. Namimah (mengadu domba)
RASULULLAH SAW bersabda :
"tidak akan masuk surga para pengadu domba" (HR. Bukhori)
Dalam riwayat lain RASULULLAH SAW juga bersabda: "Yang amat dicintai ALLAH SWT ialah yang terbaik akhlaknya, yang dermawan lagi gemar menjamu orang, yang dapat menyesuaikan diri lagi dapat diikuti penyesuaian dirinya itu, sedang yang amat dibenci di sisi ALLAH ialah orang-orang yang suka berjalan dengan berbuat adu domba, yang memecah belah antara saudara-saudara, lagi pula mencari-cari alasan untuk melepaskan diri dari kesalahan-kesalahan". (H.R. Ahmad)
Batasan Namimah adalah segala sesuatu perbuatan yang membuat 2 pihak yang sebelumnya baik menjadi saling bermusuhan dan saling membenci. Bergurau, mengejek, dan menghina orang lain. Yang dilarang disini adalah senda gurau yang berlebihan, karena ia dapat menimbulkan banyak tertawa, dan banyak tertawa dapat mematikan hati. Apa lagi jika didalamnya terdapat ejekan atau hinaan kepada orang lain.
Penyakit lisan di atas dapat disembuhkan dengan cara bersikap diam dan tidak berbicara apabila tidak ada keperluan. Semoga ALLAH SWT memberikan kemudahan pada kita untuk menjaga lisan kita dari hal-hal yang dibenci dan tidak diRidhoi oleh ALLAH SWT.