Apa Arti “Memuja Berhala” Dan Apakah Umat Muslim Memuja Berhala? | ADDY SUMOHARJO BLOG

Apa Arti “Memuja Berhala” Dan Apakah Umat Muslim Memuja Berhala?


Menurut adat, kata “memuja berhala” berarti menyembah benda atau wujud tertentu. Namun sebenarnya, maknanya lebih luas dan tidak terbatas pada pengertian tersebut. Di setiap masa, selalu ada manusia yang mempersekutukan Allah, mengambil tuhan lain dan menyembah pujaannya atau patung-patung. Memberhalakan sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujanya mengatakan “ini tuhan yang saya sembah”. Tidak juga berarti bahwa ia mesti bersujud dihadapannya.
Pada dasarnya, menyembah berhala dapat berarti rasa suka seseorang terhadap sesuatu melebihi rasa sukanya kepada Allah. Misalnya, lebih menyukai ridha seseorang dibanding ridha Allah, atau lebih takut kepada seseorang dibanding rasa takut kepada Allah, atau lebih mencintai seseorang dibanding cintanya kepada Allah. Mengagungkan berhala atau memuja-muja patung jelas terlarang di dalam Islam. Ia termasuk bagian dari perbuatan syirik yang dapat menghapus seluruh amal kebaikan. kejelasan hukum tersebut telah ditegaskan dalam banyak nash, baik dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW.

Namun, larangan ini seolah-olah sulit diterima oleh logika sebagian orang kafir. Pasalnya, pada satu sisi Islam menentang keras pemulian dan pengagungan terhadap benda mati atau patung. Akan tetapi di sisi yang lain, mereka mempertanyakan status umat Islam sendiri yang memuja-muja Ka’bah. Jika memang Islam menentang penyembahan terhadap patung atau berhala, mengapa kaum Muslimin sujud kepada Ka’bah?


Menjawab kebingungan logika tersebut, Dr. Zakir Abdul Karim Naik menjelaskan Ka’bah adalah kiblat, yaitu arah kaum Muslimin menghadap dalam shalat mereka. Perlu dicatat bahwa, walaupun kaum Muslimin menghadap Ka’bah dalam shalat, mereka tidak menyembah Ka’bah. Kaum Muslimin hanya menyembah dan bersujud kepada Allah. Disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 144:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَ حَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهُ 
“Sungguh, Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya….”



Dalam hal ini, ada beberapa alasan kenapa kaum Muslimin bersujud menghadap ke arah Ka’bah berada berdasarkan firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 144, yaitu:

Pertama: Islam menghendaki persatuan 
Ketika kaum Muslimin hendak menunaikan shalat, bisa jadi ada sebagian orang yang ingin menghadap ke utara, sedangkan yang lainnya ingin menghadap ke selatan. Untuk menyatukan kaum Muslimin dalam beribadah kepada Allah, maka kaum Muslimin di mana pun berada diperintahkan hanya menghadap ke satu arah, yaitu Ka’bah. Kaum Muslimin yang tinggal di sebelah barat Ka’bah, mereka salat menghadap timur. Begitu pula yang tinggal di sebelah timur Ka’bah, mereka menghadap barat.


Kedua: Ka’bah adalah pusat peta dunia
Kaum Muslimin adalah umat pertama yang menggambar peta dunia. Mereka menggambar peta dengan selatan menunjuk ke atas dan utara ke bawah. Ka’bah berada di pusatnya. Kemudian, para kartografer (ahli membuat peta) Barat membuat peta terbalik dengan utara menghadap ke atas dan selatan ke bawah. Meski begitu, Alhamdulillah, Ka’bah terletak di tengah-tengah peta.

Ketiga: Tawaf keliling Ka’bah untuk menunjukkan keesaan Allah
Ketika kaum muslimin pergi ke Masjidil Haram di Mekah, mereka melakukan tawaf atau berkeliling Ka’bah. Perbuatan ini melambangkan keimanan dan peribadahan kepada satu Tuhan. Sama persis dengan lingkaran yang hanya punya satu pusat, maka hanya Allah saja yang berhak disembah.

Keempat: Hadits Umar bin Khathab
Mengenai batu hitam, Hajar Aswad, Umar bin Khathab berkata, “Aku tahu bahwa engkau hanyalah sebongkah batu yang tidak dapat mendatangkan mudarat maupun manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Kelima: Orang berdiri di atas Ka’bah dan mengumandangkan azan
Pada zaman Nabi, orang bahkan berdiri di atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Bisa ditanyakan kepada mereka yang menuduh kaum Muslimin menyembah Ka’bah; penyembah berhala mana yang berdiri di atas berhala sesembahannya?

Di dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa sesuatu yang disekutukan dengan Allah tidak akan bisa menolong orang yang mempersekutukannya. Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah adalah berhala. Dan kamu membuat dusta. Sungguh yang kamu sembah itu tak mampu memberikan rezki kepadamu. Maka mintalah rezki itu dari sisi Allah dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepadaNya. KepadaNya lah engkau akan dikembalikan. (Surat Al-Ankabut: 17)

Cara menjauhkan diri dari penyembahan berhala
Pertama-tama, seseorang harus menegaskan dalam hatinya bahwa Allah lah satu-satunya Tuhan. Dialah pemilik segala kekuasaan, tak ada sesuatu pun selain Allah yang berkuasa untuk memberi pertolongan ataupun mendatangkan bahaya. Seseorang yang meyakini kebenaran ini, hanya mengabdi kepada Allah dan tidak pernah mempersekutukanNya. 

Allah mengingatkan manusia untuk berpaling hanya kepadaNya agar selamat dari syirik. Hanya Dialah yang kamu seru, dan jika Dia menghendaki, Dia menghilangkan kesusahan kamu; kemudian engkau tinggalkan apa yang engkau persekutukan denganNya. (Surat al-An’am: 41)

Perubahan radikal yang dialami seseorang yang terbebas dari mempersekutukan Allah dan kembali hanya kepada Allah, mula-mula terjadi di dalam hatinya. Pandangan dan pikiran orang ini selanjutnya berubah seratus delapan puluh derajat. Yang tadinya mengejar kehidupan di bawah pengaruh faham tertentu dan bersikap tak peduli (jahil), kini menjalani hidupnya semata untuk mengejar ridha Allah.

Related Posts

0 Response to "Apa Arti “Memuja Berhala” Dan Apakah Umat Muslim Memuja Berhala?"

Posting Komentar