Mempersekutukan Allah bermakna
menganggap Allah mempunyai sekutu. Mempersekutukan Allah diistilahkan dengan syirik. Jadi, syirik
berarti perbuatan mempersekutukan Allah dengan sesuatu. Orang yang berbuat
syirik atau orang yang mempersekutukan Allah disebut musyrik. Walaupun
demikian, orang seringkali menggunakan istilah orang musyrik daripada musyrik. Seringkali,
syirik disamakan artinya dengan perbuatan musyrik. Maksudnya, syirik adalah
perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang mempersekutukan Allah. Orang
yang mempersekutukan Allah beranggapan bahwa Allah mempunyai sekutu (partner).
Syirik berarti
menganggap seseorang atau benda lain atau suatu konsep sebagai wujud yang
setara atau lebih tinggi dari Allah. Anggapan seperti ini bisa dari segi
penilaian, sifat keberartian, rasa lebih menyukai, atau keunggulan, yang
disertai dengan perbuatan-perbuatan yang mendukungnya. Hal seperti inilah yang
disebut sebagai “mempersekutukan Allah dengan Tuhan yang lain”. Dengan kata
lain, menganggap bahwa seseorang atau benda lain memiliki sifat-sifat Allah,
sama artinya dengan mempersekutukan Allah.
Allah menyebutkan
dalam Al-Qur’an bahwa dosa syirik tak akan diampuni:
Allah tak
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang
dikehendakiNya. Barang siapa mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar. (Surat An-Nisa: 48)
Syirik juga adalah menyekutukan
Allah dengan cara menyembah thoghut. Kebalikan dari syirik ini adalah ikhlash
yaitu dengan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah swt semata. Para ulama
menggolongkan syirik ini secara garis besar menjadi dua yaitu syirik tersembunyi
dan syirik yang terang-terangan atau nyata. Kedua-duanya sama-sama besar
bahayanya bagi seorang hamba, sehingga harus diajauhi dalam kehidupan
ini.
Allah SWT amat sangat murka
jika hambanya melakukan kesyirikan atau meduakannya dalam melakukan ibadah.
Allah swt mengancam hambanya dengan tidak akan mengampuni dosa syirik itu dan
akan menempatkan pelakunya dalam neraka jahannam selama-lamanya. Karena itu
seorang mukmin harus menjauhi thaghut ini karena dia selalu mengajak manusia
kepada kemusyrikan yang sangat berbahaya.
Al Qur’an menyebutkan
berbagai jenis thaghut yang diantaranya sebagai berikut:
1. Setan (asy syaithan)
Setan adalah musuh
bebuyutan manusia yang kerjanya selalu mengajak manusia agar tersesat dan masuk
ke dalam neraka. Caranya adalah dengan menghalang-halangi manusia supaya tidak
menyembah Allah swt.
DalilAl Qur’an surat 36 ayat 60
: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”
2. Penguasa Yang Lalim (al hakimul ja-ir)
Fir’aun adalah contoh
paling parah sebagai sosok thaghut, ketika ia mengklaim sebagai Tuhan kemudian
ia memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Penguasa-penguasa zalim
generasi berikutnya hingga saat ini merupakan turunan dari Fir’aun belaka.
Dalil Al Qur’an surat 5 ayat 44 :
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para Nabi yang berserah diri kepada
Allah memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan
pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah
dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada
manusia, (tetapi) takutlah kepada Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat Ku
dengan harga murah. Barang siapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang telah
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir”
Al Qur’an surat 5 ayat 45 :
“Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas)
dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi dan luka-luka (pun) ada qisasnya (balasan yang sama). Barang
siapa melepaskan (hak qisas) nya, mak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”
Al Qur’an surat 5 ayat 47 :
“Dan hendaklah pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah , maka mereka itulah orang-orang fasik”
Al Qur’an surat 79 ayat 17
: “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”
3. Hukum Jahiliyah (al hukmul jahili)
Hukum yang tidak
mendasarkan pada hukum Allah adalah thoghut yang berbahaya. Terbukti, hukum
jahiliyah selalu menyeret manusia ke lembah penderitaan, kesengsaraan,
ketidakadilan, aniaya dan arogansi.
Dalil Al Qur’an surat 4 ayat 60 :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum
kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh-jauhnya”
Al Qur’an surat 5 ayat 50 :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) Siapakah yang lebih baik
dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya) ?”
4. Perdukunan dan Sihir (al kahana was sihr)
Sebagian manusia ada yang
meminta pertolongan kepada jin dan tukang sihir sehingga mereka semakin
bertambah dosa dan lalimnya.
Dalil Al Qur’an surat 72 ayat 6 :
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah
bagi mereka dosa dan kesalahan”
Al Qur’an surat 2 ayat 102
: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir) padahal
Sualiaman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang
kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan
apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan : Sesungguhnya kami hanya cobaan(bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak pula memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah menyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui”
5. Berhala (al ashnam)
Latta, Uzza dan Manata
merupakan contoh-contoh berhala ketika Rasulullah diutus di tengah-tengah
bangsa Arab. Penyembahan kepada nya merupakan dosa yang sangat besar
walaupun merek (bangsa Qurays) mengatakan bahwa berhala-berhala tersebut
merupakan perantara mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Dalil Al Qur’an surat 4 ayat 117
: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyala berhala, dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang
durhaka”
Al Qur’an surat 14 ayat 35
: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala.”
Al Qur’an surat 14 ayat
36 : “Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu
telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikuti,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang
mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
Memperlakukan hal-hal yang
tersebut di atas sama dengan perlakuan dan keyakinan yang diberikan
kepada Allah swt merupakan kemusyrikan (asy syirk) yang dalam al Qur’an
disebut sebagai:
1. Kezhaliman yang besar (azh zhulmun azhim)
Al Qur’an surat 31 ayat 13
: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya: Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”
2. Dosa yang tidak diampuni (‘adamul ghufran)
Al Qur’an surat 4 ayat 48 :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya
(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi
siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia
telah berbuat dosa yang besar”
Al Qur’an surat 4 ayat 116
: “Allah tidak akan mengampuni dosa syrik ( mempersekutukan Allah dengan
sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sungguh, dia telah tersesatu jauh sekali.”
Al Qur’an surat 4 ayat 48 :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya
(syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi
siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia
telah berbuat dosa yang besar”
3. Kesesatan yang jauh (dhalalum ba’id)
Al Qur’an surat 4 ayat 60 :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum
kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan
yang sejauh-jauhnya”
Al Qur’an surat 4 ayat 116
: “Allah tidak akan mengampuni dosa syrik ( mempersekutukan Allah dengan
sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sungguh, dia telah tersesatu jauh sekali.”
4. Diharamkan masuk surga (hirmanul jannah)
Al Qur’an surat 5 ayat 72 :
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata: sesungguhnya Allah itu dialah
Al Masih Putra Maryam. Padahal al Masih (sendiri) berkata: Wahai Bani
Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, Sesungguhnya barang siapa
mempersekutukan (sesuatu dengan ) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga
baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang
zalim itu”
5. Masuk neraka (dukhulun nar)
Al Qur’an surat 5 ayat 72 :
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata: sesungguhnya Allah itu dialah
Al Masih Putra Maryam. Padahal al Masih (sendiri) berkata: Wahai Bani
Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, Sesungguhnya barang siapa
mempersekutukan (sesuatu dengan ) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga
baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi
orang-orang zalim itu”
6. Menghapus amal baik (ihbathul ‘amal)
Al Qur’an surat 39 ayat 65
: “Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: Sungguh, jika engkau mempersekutukan(Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi”
Al Qur’an surat 6 ayat 88 :
“Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di
antara hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan
Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan”
Contoh syirik yang paling nyata
adalah perbuatan orang yang menganggap Al Masih putera Maryam adalah Allah
(5:72).
5:72. Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera
Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang
penolongpun. (versi Dep. Agama RI)
Sebenarnya, ayat 5:72 sudah
menerangkan dengan jelas bahwa tindakan menganggap Al Masih sebagai Allah
adalah perbuatan mempersekutukan Allah. Walaupun demikian, tidak ada salahnya
untuk membuat sedikit pembahasan. Sepintas lalu terkesan bahwa tidak ada syirik
di situ karena yang dianggap Allah yang satu adalah Al Masih. Dalam hal ini, Al
Masih dianggap sebagai jelmaan Allah. Namun, jika demikian anggapannya, ketika
Al Masih hidup, Allah dianggap hanya beraktivitas seperti Al Masih. Ini adalah
tidak mungkin karena Allah hidup kekal, terus menerus mengurus makhluk-Nya,
tidak mengantuk, dan tidak tidur (2:255). Dengan demikian, Allah dan Al Masih
ada pada saat yang sama. Oleh karena itu, Allah dan Al Masih tidak sama. Dalam
hal ini, Al Masih hanyalah makhluk yang telah dianggap sebagai tuhan selain
Allah. Di sinilah letak kesyirikan tersebut. Sebagai sekutu Allah, Al Masih
diperlakukan seperti Tuhan.
2:255. Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar. (versi
Dep. Agama RI)
Contoh yang lain adalah anggapan
bahwa Allah mempunyai anak (17:40; 6:100; dan 9:30). Yang dianggap sebagai anak
Tuhan adalah sesuatu yang dijadikan sebagai sekutu Allah.
17:40. Maka apakah patut Tuhan
memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak
perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan
kata-kata yang besar (dosanya). (versi Dep. Agama RI)
6:100. Dan mereka (orang-orang
musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang
menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan):
"Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa
(berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat
yang mereka berikan. (versi Dep. Agama RI)
9:30. Orang-orang Yahudi berkata:
"Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? (versi Dep.
Agama RI)
Selain itu, ayat-ayat tersebut
menerangkan bahwa yang dijadikan sebagai sekutu Allah meliputi manusia, jin,
dan malaikat. Karena itulah di dalam Islam
perbuatan syirik merupakan perbuatan yang sangat berbahaya bagi manusia.
0 Response to "Apa Arti Dan Bahaya “Mempersekutukan” Allah Atau Syirik?"
Posting Komentar