Shalat mempunyai beberapa sunnah yang dianjurkan untuk
kita kerjakan sehingga menambah pahala kita menjadi banyak. Di antaranya:
1. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau
sejajar dengan kuping pada keadaan sebagai berikut:
- Ketika ber-takbiratul ihram.
- Ketika ruku'.
- Ketika bangkit dari ruku'.
- Ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat
ketiga.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu
anhu:
"Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam
apabila beliau melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai
sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin
ruku' beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula kalau
beliau bangkit dari ruku'." (Muttafaq
'alaih)
Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini
ber-dasarkan apa yang dilakukan Ibnu Umar, dimana beliau apabila berdiri dari
rakaat kedua beliau mengangkat kedua tangannya. (HR. Al-Bukhari secara mauquf,
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Dan riwayat ini dihukumi marfu'). Dan Ibnu
Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas
dada atau di bawah dada dan di atas pusar. Hal ini berdasar-kan perkataan Sahl
bin Sa'd radhiyallahu anhu:
"Orang-orang (di masa Nabi Shallallaahu alaihi
wasallam) disuruh untuk meletak-kan tangan kanan di atas tangan kiri dalam
shalat." (HR. Al-Bukhari secara mauquf.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: ''Riwayat ini dihukumi marfu')
Dan berdasarkan hadits Wail bin Hijr radhiyallahu
anhu:
"Saya pernah shalat bersama NabiShallallaahu
alaihi wasallam , kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan
kiri di atas dadanya." (HR. Ibnu
Huzaimah, shahih)
3. Membaca do'a iftitah. Ada beberapa contoh
do'a iftitah, di antaranya:
"Ya Allah, jauhkanlah jarak antara aku dan
dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah
bersihkanlah aku dari segala dosa-dosaku sebagaimana pakaian yang putih
dibersihkan dari noda. Ya Allah, basuhlah dosa-dosaku dengan air, es dan
embun." (Muttafaq 'alaih)
"Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu.
Maha Suci namaMu dan Maha Tinggi kebesaranMu, dan tiada Ilah selain Engkau." (HR. Muslim secara mauquf -terhenti sanadnya
kepada Umar bin Khattab dan diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan
Al-Hakim secara marfu' -bersambung sanad-nya hingga kepada Nabi Shallallaahu
alaihi wasallam-, shahih)
4. Membaca isti'adzah pada rakaat pertama dan
membaca basmalah dengan suara pelan pada tiap-tiap rakaat. Hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Maka apabila kamu membaca Al-Qur'an, maka
hen-daklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk." (An-Nahl: 98)
5. Membaca aamiin setelah membaca surat
Al-Fatihah. Hal ini disunnahkan kepada setiap orang yang shalat, baik sebagai
imam maupun makmum atau shalat sendirian. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam:
"Apabila imam membaca maka bacalah aamiin.
Maka sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aamiin-nya berbarengan dengan
aamiin-nya malaikat, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang
terdahulu." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim dengan maknanya)
Juga dikarenakan apabila Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam membaca: beliau membaca aamiin dan beliau pun
memanjangkan suaranya. (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi dari sahabat Wa'il bin
Hijr dengan sanad shahih).
6. Membaca ayat setelah membaca surat Al-Fatihah.
Dalam hal ini cukup dengan satu surat atau beberapa ayat Al-Qur'an pada dua
rakaat shalat Subuh dan dua rakaat pertama pada shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib
dan Isya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:
"Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam ketika
shalat dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat
pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya dan
terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para sahabat." (Muttafaq 'alaih)
7. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surat pada waktu
shalat jahriah (yang dikeraskan bacaannya) dan merendahkan suara pada
shalat sirriah (yang dipelankan bacaannya). Yaitu mengeraskan suara pada
dua rakaat yang pertama pada shalat Maghrib dan Isya dan pada kedua rakaat
shalat Subuh.
Dan merendahkan suara pada yang lainnya. Ini semuanya
dalam pelaksanaan shalat fardhu, dan ini tsabit (dicontohkan) dan
populer dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, baik secara
perkataan maupun perbuatan. Adapun pada shalat sunnah, maka dianjurkan untuk
merendahkan suara apabila dilaksanakan pada siang hari dan disunnahkan
mengeraskan suara jika shalat sunnah itu dilaksanakan pada waktu malam hari,
terkecuali apabila takut mengganggu orang lain dengan bacaannya itu, maka
disunnahkan baginya untuk merendahkan suara ketika itu.
8. Memanjangkan bacaan pada shalat Subuh, membaca
dengan bacaan yang sedang pada shalat Dzuhur, Ashar dan Isya', dan disunnahkan
memendekkan bacaan pada shalat Maghrib. Hal ini berdasarkan hadits berikut:
"Dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah
radhiyallaahu anhu, beliau berkata, 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang
lebih mirip shalatnya dengan shalat Rasulullah daripada si Fulan -seorang imam
di Madinah-.' Sulaiman berkata, 'Kemudian aku shalat di belakang orang tersebut,
dia memperpanjang bacaan pada dua rakaat pertama shalat Dzuhur dan mempercepat
pada dua rakaat berikutnya. Mempercepat bacaan surat dalam shalat Ashar. Dan
pada dua rakaat pertama shalat Maghrib ia membaca surat mufashshal(1) yang pendek, sedang pada dua rakaat pertama
shalat Isya' ia membaca surat mufashshal yang sedang, selanjutnya pada shalat
Subuh ia membaca surat-surat mufashshal yang panjang'." (HR. Ahmad dan
An-Nasai, shahih)
9. Cara duduk yang tsabit (diriwayatkan) dari
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dalam shalat adalah duduk iftirasy
(bertumpu pada paha kiri) pada semua posisi duduk dan semua tasyahhud
selain tasyahhud akhir. Apabila ada dua tasyahhud dalam shalat
itu, maka dia harus duduk tawar-ruk pada tasyahhud akhir. Hal ini
berdasarkan perkataan Abu Hamid As-Sa'idi di hadapan para sahabat. Ketika ia
menerangkan shalat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, di antaranya
menyebut-kan: "Maka apabila beliau duduk setelah dua rakaat, beliau duduk
di atas kaki kiri sambil menegakkan telapak kaki kanan, dan apabila beliau
duduk pada rakaat akhir beliau majukan kaki kiri sambil menegakkan telapak kaki
yang satunya, dan beliau duduk di lantai." (HR. Al-Bukhari)
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami apa arti iftirasy
dan apa arti tawarruk.
Iftirasy:
Yaitu duduk di atas kaki kiri sambil menegak-kan telapak kaki kanan.
Tawarruk : Yaitu Meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kanan, kemudian mendudukkan pantat di alas/lantai dan menegakkan telapak kaki kanan.
Tawarruk : Yaitu Meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kanan, kemudian mendudukkan pantat di alas/lantai dan menegakkan telapak kaki kanan.
Keterangan: Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam, apabila duduk tasyahhud, beliau
meletakkan tangan kirinya di atas paha kiri dan tangan kanannya di atas paha
kanan, kemudian beliau menelunjukkan dengan jari telunjuk. (HR. Muslim)
Dan beliau tidak melebihkan pandangannya dari telunjuk
itu. (HR. Abu Daud, shahih)
10. Berdo'a pada waktu sujud. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:
"Ketahuilah! Sesungguhnya aku dilarang membaca
Al-Qur'an ketika ruku' dan sujud. Adapun yang dilakukan pada waktu sujud maka
hendaklah kamu membesarkan Rabbmu dan pada waktu sujud maka hendaklah kamu
bersungguh-sungguh berdoa, niscaya dikabulkan do'a-mu." (HR. Muslim)
11. Membaca shalawat untuk Nabi Shallallaahu alaihi
wasallam pada waktu tasyahhud akhir, yaitu setelah membaca tasyahhud:
lalu membaca:
"Ya Allah, bershalawatlah Engkau untuk Nabi
Muhammad dan juga keluarganya sebagaimana Engkau bershalawat kepada Nabi
Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Nabi Muhammad beserta keluarganya
seba-gaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan juga keluarganya. Pada
sekalian alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia). (HR. Muslim dan lainnya dengan sanad shahih)
12. Berdo'a setelah selesai dari membaca tasyahhud
dan membaca shalawat untuk Nabi dengan do'a yang dicontohkan Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam. Beliau bersabda:
"Apabila salah seorang kamu selesai membaca
shalawat, maka hendaklah ia berdo'a untuk meminta perlindungan dari empat hal,
kemudian dia boleh berdo'a sekehendaknya, keempat hal tersebut adalah:
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa
Neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah hidup dan fitnah mati serta fitnah
Al-Masih Ad-Dajjal." (HR.
Al-Baihaqy, shahih)
13. Salam kedua ke kiri. Hal ini berdasarkan hadits
riwayat Muslim:
"Bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam melakukan salam ke kanan dan ke kiri sehingga terlihat putihnya pipi
beliau." (HR. Muslim)
14. Beberapa dzikir dan do'a setelah salam. Telah diriwayatkan
beberapa dzikir dan do'a setelah salam dari Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam yang disunnahkan untuk dibaca. Di sini akan kami pilihkan beberapa
dzikir dan do'a, di antaranya:
Dari Tsauban radhiyallaahu anhu, ia berkata,
'Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam, apabila selesai shalat beliau membaca
istighfar tiga kali(1) dan
membaca:
"Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Sejahtera, dari
Mulah kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai Rabb Yang Maha Agung dan Maha
Mulia." (HR. Muslim)
"Dari Mu'adz bin Jabal , bahwasanya Nabi
Shallallaahu alaihi wasallam pada suatu hari memegang tangannya, kemudian
bersabda, 'Wahai Mu'adz, sesungguhnya aku mencintai kamu, aku berpesan kepadamu
wahai Mu'adz, janganlah kamu tinggalkan setelah selesai shalat membaca do'a:
"Ya Allah, tolonglah aku di dalam berdzikir,
bersyukur dan beribadah dengan baik kepadamu." (HR. Imam Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)
"Dari Mughirah bin Syu'bah , bahwasanya
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca pada tiap selesai shalat fardhu:
"Tiada sesembahan yang hak melainkan Allah Yang
Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. MilikNyalah ke-rajaan dan pujian, sedang
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tidak ada yang mampu mencegah apa
yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau cegah. Dan
tidaklah berguna kekuasaan seseorang dari ancaman siksaMu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
"Dari Abu Hurairah , bahwa Nabi Shallallahu
alaihi wasallam bersabda, 'Siapa yang membaca tasbih ' ' 33 kali dan tahmid ' ' 33 kali serta takbir ' ' 33 kali (jumlahnya menjadi 99), kemudian
menggenapkan hitungan keseratus dengan bacaan:
(Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah Yang Maha
Esa, tiada sekutu bagiNya. MilikNya kerajaan dan segala pujian, sedang Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu), maka ia akan diampuni kesalahan-kesalahannya
sekalipun sebanyak buih di lautan'." (HR. Muslim)
"Dari Abu Umamah , bahwa NabiShallallaahu alaihi
wasallam bersabda, 'Ba-rangsiapa membaca Ayat Kursi pada tiap-tiap selesai
shalat, maka tidak ada lagi yang menghalanginya untuk masuk Surga hanya saja
dia akan meninggal dunia'." (HR.
An-Nasai, Ibnu Hibban dan Ath-Thabrani, shahih)
Dari Sa'd bin Abi Waqqas , bahwasanya dia mengajari
anak-anaknya beberapa bacaan sebagaimana halnya ketika seorang guru mengajari
anak-anak menulis, dan dia berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah Shallallaahu
alaihi wasallam memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca bacaan-bacaan
tersebut pada tiap-tiap selesai shalat, yaitu:
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari sifat
kikir dan pengecut. Aku berlindung kepadaMu agar aku tidak dija-dikan pikun.
Dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah (cobaan) dunia dan dari siksa
kubur." (HR. Al-Bukhari)
0 Response to "Sunnah Dalam Shalat Bagi Seorang Muslim"
Posting Komentar