Al-Quran mendarah daging dalam
tubuhnya. Al-Quran menjadi perhiasan hidupnya. Aktivitasnya bersanding dengan
al-Quran. Beliau adalah Said bin Jubair rahimahullah. Murid terbaik Ibnu Abbas
Radhiyallahu ‘anhuma. Beliau mantan budak Bani Wabilah yang berasal dari Kufah.
Berkulit hitam, namun berkepribadian putih cemerlang.
Ulama tabiin tersohor, hingga Imam Ahmad mengatakan, والله لقد قتل سعيد بن جبير، وما أحد على الدنيا من المسلمين، إلا وهو بحاجة إلى علمه
Ulama tabiin tersohor, hingga Imam Ahmad mengatakan, والله لقد قتل سعيد بن جبير، وما أحد على الدنيا من المسلمين، إلا وهو بحاجة إلى علمه
‘Telah terbunuh Said bin
Jubair. Padahal semua kaum muslimin penduduk bumi membutuhkan ilmunya Said bin
Jubair.’ (al-Bidayah wa an-Nihayah, 12/467).
Beliau meninggal dibunuh
oleh Hajaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Manusia dari bani Tsaqif, yang diangkat
sebagai gubernur untuk memimpin wilayah Mekah, Madinah, Thaif, dan Iraq. Dia
dikenal penguasa sangat kejam, membunuh banyak ulama dan kaum muslimin. Dialah
yang membunuh Abdullah bin Zubair Radhiyallahu ‘anhu, cucu Abu Bakr as-Shiddiq
Radhiyallahu ‘anhu.
Said bin Jubair, dulu
pernah menjadi buron negara bersama Abdurrahman Ibnul Asy’ats. Setelah Ibnul
Asy’at berhasil ditangkap, Said melarikan diri ke Asfahan. Ketika tempat
pelariannya diketahui, beliau pindah ke Mekah. Setelah diketahui keberadaanya,
beliau tidak pindah. “Demi Allah, saya malu kepada Allah, ke mana saya harus
lari, dan tidak ada tempat menghindari dari taqdir Allah.”
Setelah pasukan
mengepung rumahnya Said, mereka mengetuk pintu dengan keras. Setelah Said
membukakan pintu, dan memperhatikan wajah-wajah mereka, beliau
mengatakan, حسبنا الله ونعم الوكيل ،
ماذا تريدون؟
“Kami pasrahkan kepada
Allah, dan Dia sebaik-baik tempat bergantung. Apa yang kalian inginkan?”
“Hajjaj ingin ketemu
kamu sekarang.” Jawab mereka.
“Tunggu sebentar.”
Beliaupun mandi, memakai minyak wangi, minyak rambut, dan memakai kain
kafannya. Lalu keluar rumah sambil berdoa, اللهم يا ذا الركن الذي
لا يضام، والعزة التي لا ترام، اكفني شرّه
Ya Allah, Dzat pemilik
tempat berlindung yang tidak terkalahkan. Sang Pemilik kekuatan, tidak ada
satupun yang mampu menggapainya.
Said menemui Hajjaj
dalam keadaan sangat marah, beliau menyampaikan salam, السلام على من اتبع الهدى
Keselamatan bagi mereka
yang mengikuti jalan petunjuk.
Ini adalah salamnya Musa
kepada Firaun.
“Siapa namamu?” tanya
Hajjaj.
“Said bin Jubair.”
“Salah, kamu Syaqy bin
Kasir. (orang celaka bin binasa).” Tukas Hajjaj.
“Ibuku paling tahu
tentang namaku.”
“Kamu celaka, ibumu
celaka.” Kata Hajjaj.
“Masalah ghaib (celaka
di akhirat), hanya Allah yang tahu.” Jawab Said.
“Apa pendapatmu tentang
Muhammad?” tanya Hajjaj.
“Nabiyul Huda, Imamul
Rahmah (Nabi pembawa petunjuk, Pemimpin kasih sayang).”
“Apa pendapatmu tentang
Ali?” tanya Hajjaj.
“Beliau telah menuju
Allah, imam Huda (pemimpi kebenaran).”
“Lalu apa pendapatmu
tentang diri saya?” tanya Hajjaj.
“Orang dzalim, yang akan
bertemu Allah dengan menanggung darah kaum muslimin.”
“Bawakan emas dan
perak.” Pinta Hajjaj.
Para pasukan datang
membawa dua ember emas dan perak dan langsung dituang di depan Said.
“Apa-apaan ini, Hajjaj?
Jika kamu hendak sedekahkan barang ini agar bisa menebus hukuman Allah, itu
amal soleh bagimu. Jika ini harta yang kamu rampas dari si miskin dengan cara
sombong, demi Allah, hari kiamat lebih menakutkan.”
“Bawakan alat musik dan
gadis penyanyi.” Pinta Hajjaj.
Alat musik itu dimainkan
di gadis sambil bernyanyi. Saidpun menangis hingga membasahi jenggotnya.
“Kamu kenapa? Kamu
terenyuh.”
“Tidak. Tapi saya
melihat gadis ini dipaksa melakukan sesuatu yang bukan tujuan dia diciptakan.”
“Mengapa kamu tidak ikut
tertawa seperti kami?” tanya Hajjaj.
“Karena hati kita
berbeda dan tidak sama.”
“Aku akan ganti dinar
ini menjadi api yang menyala.” Kata Hajjaj.
“Kalau kamu bisa, kamu
tak sembah.” Tukas Said.
“Akan kubunuh kamu,
dengan cara yang tidak pernah kulakukan pada orang lain. Silahkan pilih, cara
apa yang kamu inginkan?” ancam Hajjaj.
“Sebaliknya, kamu pilih
cara apa yang kamu inginkan. Demi Allah, cara apapun yang kau gunakan untuk
membunuhku, pasti Allah akan membalasnya dengan cara yang sama pada hari
kiamat.” Ancam balik Said.
“Bunuh dia!!” perintah
Hajjaj.
Kemudian Said menghadap
kiblat sambil membaca firman Allah, وَجَّهْتُ وَجْهِيَ
لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
“Aku menghadapkan
wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan tunduk. Dan saya
bukan termasuk orang musyrikin.” (QS. Al-An’am: 79).
“Hadapkan dia ke selain
arah kiblat.” Peritah Hajjaj.
Said membaca firman
Allah, فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا
فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ
Kemanapun kalian
menghadap, di sana ada wajah Allah. (QS. Al-Baqarah: 79).
“Telungkupkan dia ke
tanah.” Perintah Hajjaj.
Said tersenyum dan
membaca firman Allah, مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ
وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى
Dari tanah Kami ciptakan
kalian, ke tanah Kami kembalikan kalian, dan dari tanah Kami bangkitkan kalian
untuk yang kedua kalinya. (QS. Thaha: 55).
“Sembelih dia.” Perintah
Hajjaj.
Seketika itu Said
berdoa, اللهم لا تسلط هذا المجرم
على أحد بعدي
“Ya Allah, jangan beri
kesempatan orang dzalim ini untuk membunuh seorangpun setelah dia membunuhku.”
Beliau meninggal, wafat
untuk beristirahat dari kejahatan penguasa dzalim, dan Allah ijabahi doanya.
Setelah kejadian itu,
Hajjaj jatuh sakit. Keluar penyakit kulit di sekujur tubuhnya. Dia sakit
sebulan penuh, tidak bisa merasakan makanan dan minuman, dan tidak bisa tidur
nyenyak.
Setiap kali dia tidur,
dia selalu bermimpi berenang di sungai darah. Dia selalu mengatakan, ‘Bagaimana
nasibku dengan Said…bagaimana nasibku dengan Said…’ hingga dia mati.
Ibnu Jarir mengatakan,
tahun kematian Said dikenal dengan tahun Ulama. Karena pada tahun itu, banyak
ulama Madinah yang wafat. Dimulai dari Ali bin Husain Zainul Abidin (cucu Ali
bin Abi Thalib), Urwah bin Zubair, Said bin Musayib, Abdurrahman bin Harits,
dan Said bin Jubair. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 9/115).
0 Response to "Pertemuan Ulama Vs Sang Pembunuh Umat Muslimin"
Posting Komentar