Seseorang yang
Cerdas adalah seseorang yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan segera,
tidak menunda-nundanya sehingga tidak menjadikan sebuah beban pikiran baginya.
Ketika seseorang
terus mengabaikan atau malah mengelak dari permasalahan, maka sudah dapat
dipastikan ia akan menuai kesulitan dalam kehidupannya karena terbelit dengan
permasalahan yang dihadapinya.
Akan tetapi,
ketika setiap permasalahan segera dicarikan jalan keluar/penyelesaiannya, maka
orang tersebut akan mudah untuk menjalani hidupnya yang tidak terbebani oleh
permasalahan yang dihadapinya.
Masalah adalah
salah satu warna dalam hidup setiap orang karena masalah pasti akan datang
kepada setiap orang yang masih bernyawa. Ketika sebuah permasalahan tidak
segera ditemukan penyelesaiannya, maka hanya akan menjadi sebuah beban bagi
orang tersebut.
Bahkan tidak
jarang orang-orang yang tidak kuat menghadapi permasalahan dalam hidupnya
mengalami stres, depresi, serta gangguan jiwa. Sebuah permasalahan, jika terus
dibiarkan, hasilnya akan membuat diri seseorang merasa berat, meski awalnya
memang sepele jika dibiarkan maka akan menjadi masalah besar juga.
Kisah Garam
dan Telaga
Suatu ketika
hiduplah seorang anak muda berumur 25 tahun yang sedang dilanda permasalahan.
Pekerjaan, kehidupan pribadi sang anak muda tersebut seakan membuat dirinya
merasa sebagai orang yang paling malang didunia ini.
Disebabkan ke
gelisahannya terhadap permasalahannya tersebut, ia memutuskan untuk berjalan-jalan
ke sebuah telaga tua yang berjarak cukup jauh dari rumahnya, untuk menenangkan
jiwanya.
Muka kusam dan
tidak karuan menandakan bahwa pemuda tersebut sedang mempunyai permasalahan
yang sangat pelik.
Dalam
perenungannya tersebut ia dikagetkan dengan suara seorang laki-laki separuh
baya, “Sedang apa kau, anak muda?” Sang anak muda tersebut pun menjawab, “Aku
sedang merenungi nasibku yang tidak karuan.
Mengapa aku
selalu ditimpa dengan berbagai permasalahan, sedangkan orang lain tidak!?”
Selain itu, ia
menceritakan segala permasalahan dalam dirinya, tentang pekerjaan dan kehidupan
pribadinya kepada orang tua setengah baya tersebut.
Mengetahui
permasalahan yang dialami oleh anak muda tersebut, membuat orang tua separuh
baya tersebut mengajak si anak untuk singgah ke rumahnya yang tidak jauh dari
telaga. Pemuda tersebut pun mengikuti langkahnya hingga sampailah ke rumah yang
dimaksud.
Si orangtua
langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil segelas air dan garam lalu
kembali menemui anak muda.
la memberikan
anak muda tersebut segelas air minum yang sebelumnya diberi segenggam garam,
dan kemudian mempersilakan anak muda tersebut meminumnya.
Dengan
keragu-raguan, akhirnya sang anak muda tersebut meminumnya. Setelah meminumnya,
ia pun memuntahkan air yang sudah dalam mulutnya. Saat itulah sang orangtua
tersebut bertanya, “Bagaimana rasanya anak muda?” “Asin, sangat asin, bahkan
terasa sangat pahit di mulutku.”
Si orangtua pun
hanya bisa tersenyum saja. Setelah itu si orangtua kembali melanjutkan aksinya
dengan mengajak si anak muda untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat
tempat tinggalnya. Dengan cepat mereka berdua telah sampai di tepi telaga yang
tenang itu.
Orang tua itu
kemudian melanjutkan aksinya dengan kembali menaburkan segenggam garam, ke
dalam telaga. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan
tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
Setelah itu ia
berkata, “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah.” sang anak muda pun
mengambil air telaga tersebut dan meminumnya. si orangtua berkata lagi,
“Bagaimana rasanya?” “Segar, sangat segar rasanya,” sahut tamunya.
“Apakah kamu
merasakan garam di dalam air itu?” tanya si orangtua lagi. “Tidak..tidak,
bahkan tidak terasa sama sekali,” jawab sang anak muda.
Dengan bijak
sang orang tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda dan selanjutnya ia
mengajak sang anak muda untuk duduk berhadap-hadapan, bersimpuh di samping
telaga itu.
Orang tua
tersebut kemudian berkata, “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah
layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah dan rasa pahit
itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
Tapi kepahitan
yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu semua akan tergantung pada hati kita.
Jadi saat kamu
merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa
kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah
hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Hatimu, adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya.
Jadi, jangan
jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam
setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.
Engkau harus
sadar bahwa kegagalan yang kau alami hanyalah ujian yang harus engkau hadapi
karena engkau tidak bisa menghindar, melainkan harus menghadapi semua itu.
Sadarlah bahwa
permasalahan diciptakan bukan untuk meimbuatmu menderita, melainkan untuk
pembelajaran bagi dirimu.
Karena bukan
engkau saja yang pernah merasakan kegagalan, melainkan setiap orang pernah
mengalami kegagalan dalam hidupnya.
Bagi orang yang
mampu mengatasi dan menyelesaikan permasalahannya sehingga mampu untuk bangkit
dan berusaha kembali, merekalah orang-orang yang sukses.
Namun, yang
biasanya hanya meratapi nasibnya dengan berputus asa, mereka itulah orang-orang
yang gagal dalam hidup nya.” Dalam menjalani kehidupan, kita akan dihadapkan
dengan problematika.
Dari
permasalahan pribadi, pekerjaan, sosial, budaya, perekonomian, dan lain
sebagainya.
Terkadang kita
akan mengalami kesusahan dalam hidup disebabkan permasalahan yang kita hadapi.
Bahkan karena permasalahan tersebut membuat banyak orang yang memutuskan untuk
menyerah, atau mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri sebagai jalan pintas
terhadap masalahnya.
Namun, benarkah
tindakan demikian akan menyelesaikan permasalahan tersebut. Jawabnya adalah
“tidak dan tidak akan”. Tindakan demikian sangat dilarang oleh agama dan
melanggar norma sosial.
Selain itu, juga
tindakan yang demikian adalah tindakan bodoh yang dilakukan oleh orang-orang
yang melakukannya.
Permasalahan
yang kita alami hanyalah sebuah fase kehidupan untuk awal kehidupan baru.
Karena pada kenyataannya setiap orang pernah merasakannya.
Kegagalan yang
dialami oleh kita adalah sebuah fase pembelajaran untuk diri kita agar lebih
baik. Fase yang menuntut pendewasaan diri kita dalam berpikir dan bertindak
untuk dapat menyelesaikannya.
Ketika kita
mampu menyelesaikan masalah tersebut dan mampu konsisten berjuang untuk
kesuksesan kita, maka kita adalah orang-orang yang menjadi pemenang. Akan
tetapi, jika kita berputus asa, maka itulah para pecundang.
Sama halnya yang
dialami oleh sang anak muda tersebut, meskipun ia telah mengalami kegagalan
dalam usaha dan kehidupan pribadinya, bahkan sempat berputus asa, ia mampu
untuk bangkit kembali setelah mendapatkan pencerahan dari sang orang bijak yang
tinggal di tepi telaga.
ia sadar bahwa
kepahitan hidup atas sebab permasalahan atau dilematika kehidupan hanyalah
sebagai ujian yang bersifat sementara, karena pada hakikatnya kegagalan hanya
terdapat pada fase tertentu saja.
Dan di fase-fase
selanjutnya terbuka pintu kesuksesan. Begitu juga dengan Anda yang berkiprah
dalam dunia wirausaha, harus bermentalkan baja untuk melawan kegagalan dalam
usaha Anda yang tujuannya adalah menciptakan jalan keluar dalam mengentaskan
permasalahan yang Anda hadapi.