"Barang siapa bertakwa kepada
Allah niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap urusannya dan diberi rizki
dari arah yang tak diduga, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." (QS [65] : 2-3) berikut kunci
pengokoh jiwa manusia, meliputi :
- 1. SIAP
Ikhtiar yang disertai niat yang
sempurna itulah tugasku, perkara apapun yang terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik
bagiku.
Aku harus sadar betul bahwa yang
terbaik bagiku menurutku belum tentu terbaik bagiku menurut Allah, bahkan
mungkin aku terkecoh oleh keinginan harapanku sendiri.
Pengetahuanku tentang diriku atau
tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Allah menyelimuti segalanya.
Sehingga betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus
kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku.
Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.
- 2. RELA
Emosional, sakit hati, dongkol, atau
apapun yang membuat hatiku menjadi kecewa dan sengsara harus segera
kutinggalkan karena dongkol begini, tidak dongkol juga tetap begini. Lebih baik
aku menikmati apa adanya.
Lubuk hatiku harus realistis menerima
kenyataan yang ada, namun tubuh dan pikiranku harus tetap bekerja keras
mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.
Apa boleh buat, nasi telah menjadi
bubur. Maka yang harus kulakukan adalah mencari ayam, cakweh, kacang polong,
kecap, seledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat
kunikmati.
- 3. MUDAH
Ujian yang diberikan oleh Allah Yang
Maha Adil pasti sudah diukur dengan sangat cermat sehingga tak mungkin
melampaui batas kemampuanku, karena ia tak pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya.
Dengan pikiran buruk aku hanya
semakin mempersulit dan menyengsarakan diri. Tidak, aku tidak boleh menzhalimi diiku sendiri.
Pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak
boleh terjebak mendramatisir masalah.
Aku harus berani menghadapi persoalan
demi persoalan. Tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak
menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya menambah permasalahan. Semua harus tegar
kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah.
Harusnya segala sesuatu itu ada
akhirnya. Begitu pun persoalan yang kuhadapi, seberat apapun seperti yang
dijanjikan Allah “Fa innama’al usri yusran, inna ma’al usri yusran” dan
sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, bersama kesulitan itu
pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri oleh Allah.
Karena itu aku tak boleh mempersulit diri.
- 4. NILAI
Nasib baik atau buruk dalam
pandanganku mutlak terjadi atas izin Allah dan Allah tak mungkin berbuat
sesuatu yang sia-sia.
Ini pasti ada hikmah. Sepahit apapun
pasti ada kebaikan yang terkandung di dalamnya bila disikapi dengan sabar dan
benar.
Lebih baik aku renungkan kenapa Allah
menakdirkan semua ini menimpaku. Bisa jadi sebagai peringatan atas dosa-dosaku,
kelalaianku, atau mungkin saat kenaikan kedudukanku di sisi Allah.
Aku mungkin harus berfikir keras
untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki.
Itibar dari setiap kejadian adalah
cermin pribadiku. Aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang
terjadi. Yang penting kini aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya.
Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.
- 5. AHAD
Aku harus yakin bahwa walaupun
bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun
tanpa izin-Nya.
Hatiku harus bulat total dan yakin
dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya yang dapat menolong
memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan.
Allah Mahakuasa atas segala-galanya
karena itu tiada yang mustahil bila Dia menghendaki. Dialah pemilik dan
penguasa segala sesuatu, sehingga tiada yang sanggup menghalangi jika Dia
berkehendak menolong hamba-hamba-Nya. Dialah yang mengatur segala sebab
datangnya pertolongan-Nya.
Dengan
demikian maka aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar mendekati-Nya dengan
mengamalkan apapun yang disukainya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan
selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar mahluk yang tak berdaya tanpa
kekuatan dari-Nya.