Hal yang sangat patut direnungkan
oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi kemajuan umat adalah faktor
leadership (kepemimpinan) dan kemampuan manajemen. Dampaknya pun jelas, dengan
dua titik lemah ini potensi yang banyak tidak terbaca, tidak tergali secara
maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi sebuah sinergi yang memiliki
dampak besar bagi kemajuan umat.
Kelemahan leadership dan manajerial
ini ternyata dapat kita telusuri dengan mengamati bagaimana pemahaman umat
tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara titik-titik yang kurang tersentuh secara
maksimal adalah bagaimana umat Islam mempelajari masa muda Rasulullah SAW
sebelum menjadi nabi.
Dari beberapa literatur yang
didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di bidang wirausaha begitu
mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi seorang pemimpin yang memiliki
jiwa entrepreneur, dan keterampilan manajemen yang baik untuk mengelola sebuah
dakwah, sebuah sistem yang bertata nilai kemuliaan Al Islam.
Pada waktu Rasulullah masih kecil,
beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk menjaga kehormatan harga dirinya
agar tidak menjadi beban bagi kehidupan ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang
memang tidak tergolong kaya. Beliau mendapat upah dari menggembalakan beberapa
ekor kambing miliki orang lain, yang secara otomatis mengurangi biaya hidup
yang harus ditanggung oleh pamannya ini.
Pada usia 12 tahuan, sebuah usia
yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan dagang ke Syiria bersama Abu
Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya ini dan belajar mengenai
bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika menjelang dewasa dan menyadari bahwa
pamannya bukanlah orang berada serta memiliki keluarga besar yang harus diberi
nafkah, Rasulullah mulai berdagang sendiri di kota Mekkah.
Bisnisnya diawali dengan sebuah
perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu dengan membeli barang dari satu
pasar dan menjualnya kepada orang lain. Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah
orang di kota Mekkah pun dilakukan. Dengan demikian ternyata Rasulullah telah
melakukan aktivitas bisnis jauh sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan
inilah yang membuahkan pengalaman yang tak ternilai harganya dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Ciri yang sangat khas dari aktivitas
bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu itu adalah beliau sangat terkenal
karena kejujurannya dan sangat amanah dalam memegang janji. Sehingga tidak ada
satupun orang yang berinteraksi dengan beliau kecuali mndapat kepuasan yang
luar biasa. Dan ini merupakan sebuah nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga
Jazirah Arab. apalagi kemuliaan akhlaknya seakan menebarkan pesona indah
kepribadiannya.
Pun ketika beliau tidak memiliki
uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau banyak menerima modal dari
orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup menjalankan sendiri dana mereka, dan
menyambut baik seseorang yang jujur untuk menjalankan bisnis dengan uang yang
mereka miliki berdasarkan kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah
telah dikenal oleh penduduk Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal
pula oleh kejujuran dan integritasnya dibidang apapun yang dilakukannya. Tak
berlebihan bila penduduk Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan
Amin (terpercaya).
Salah seorang pemiliki modal itu
adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau, yang menawarkan suatu
kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing). Dan, subhanallaah,
kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan keuntungan, dan tidak
satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian. Selama bermita dengan
Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan dagang ke pusat bisnis di
Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali memimpin ekspedisi
perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus menerus
harus kita teladani dari Rasulullah dalam interaksi bisnisnya adalah beliau
sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan, dan kemuliannya dalam proses
interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW tidak hanya sebatas
perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu
mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang
beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang tinggi. Semakin
dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai harganya yang
mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal terbesar
dari seorang yang menjadi pengusaha sukses, pemimpin sukses, atau ilmuwan
sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa entrepreneur ini harus
dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri, pembangunan etos kerja,
pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur yang terbukti teruji dan
sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini ditanamkan, dilatih sejak
awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat bermutu tinggi dan ini
menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau kesuksesan mengemban amanah
jenis apapun.
Dan yang paling perlu digaris bawahi,
Rasulullah SAW mengadakan transaksi bisnis sama sekali tidak untuk memupuk
kekayaan pribadi, tetapi justru untuk membangun kehormatan dan kemuliaan
bisnisnya dengan etika yang tinggi dan hasil yang didapat justru untuk
didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga kesuksesannya mampu membawa banyak
dampak positif, yaitu kesuksesan dan kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan
inilah yang menyebabkan kepribadian junjungan kita, Rasullah SAW begitu
monumenatal, baik dalam mencari nafkah maupun dalam menafkahkan karunia rizki
yang diperolehnya.
Semoga kita semua mampu merenungi
kejujuran diri, amanah, dan kegigihan dalam menjaga kehormatan harga diri kita
selaku umat Islam.