Beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang menistakan kitab suci al-Qur’an dalam sebuah acara kenegaraan. Kemudian umat Islam melakukan protes terhadap tindakan penistaan kitab suci al-Qur’an tersebut. Tetapi kemudian, ada beberapa orang yang berusaha membelanya dengan alasan keseleo lidah dan tidak sengaja.
Dapatkah alasan keseleo lidah dan tidak sengaja menolak status kekufuran atau penistaan dalam kasus tersebut? Keseleo lidah dan tidak sengaja, tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak hukum kekufuran atau penistaan dalam urusan agama.
Dalam hal ini al-Imam al-Hafizh al-Qadhi ‘Iyadh al-Maliki berkata dalam kitab al-Syifa’ bi-Ta’rif Huquq al-Mushthafa sebagai berikut:
لاَ يُعْذَرُ أَحَدٌ فِي الْكُفْرِ بِالْجَهَالَةِ وَلاَ بِدَعْوَى زَلَلِ اللِّسَانِ، وَلاَ بِشَيْءٍ مِمَّا ذَكَرْنَاهُ، إذا كَانَ عَقْلُهُ فِي فِطْرَتِهِ سَلِيمًا، إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِاْلإِيمَانِ.
Seseorang tidak dapat diterima alasannya dalam hal kekufuran dengan alasan kebodohan, dan tidak pula dengan alasan keseleo lidah, dan tidak pula dengan sesuatu yang telah kami sebutkan, apabila akal orang tersebut normal, kecuali orang yang dipaksa mengucapkan kekufuran sedangkan hatinya tenang dengan keimanan. (Al-Qadhi ‘Iyadh, al-Syifa’ bi-Ta’rif Huquq al-Mushthafa, juz 2 hlm 646).
Ada banyak cara Allah menghinakan musuh - musuh-Nya. Pernah terjadi pada Musailamah Al Kadzdzab (salah satu nabi palsu). Yakni, ada seseorang datang padanya, menjelaskan bahwa sumur didaerahnya sudah mengering. Dia minta semacam mukjizat dari Musailamah, agar sumur itu kembali penuh berisi air. Musailamah datang, lalu meludahi sumur itu. Yang terjadi, bukannya air sumurnya bertambah. Justru sebaliknya, airnya langsung menghilang. Orang itu dan warga sekampungnya marah - marah kepada Musailamah, sang nabi palsu yang diperangi oleh Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq ra.
Memang pada masa nabi, pernah kejadian ada orang badui datang ke Madinah, dalam posisi rasulullah tengah berkhutbah. Dia menceritakan bahwa daerahnya dilanda kekeringan yang parah dan meminta nabi agar berdoa menurunkan hujan. Nabi mengabulkannya dan sejurus kemudian awan gelap menauingi Madinah. Beberapa hari kemudian, orang badui itu datang lagi. Kali ini minta agar hujan dihentikan, karena daerahnya kebanjiran. Nah, berhubung Musailamah Al Kadzdzab mengaku jadi nabi, mungkin orang tadi mengharapkan mukjizat yang sama. Tapi justru air disumur malah surut dan hilang.
Keseleo Lidah
Diantara fenomena penting yang mengiringi kasus Ahok adalah modus "keseleo lidah" yang cukup banyak terjadi. Yakni, maksud hati ingin berkata A, tetapi tanpa sadar malah berkata B. Bagi sebagian orang, mungkin itu hal biasa. Tapi bagi sebagian yang lain, hal ini dimaknai sebagai bagian dari cara Allah menunjukkan kuasa-Nya. Sebagaimana Allah mudah membolak - balik hati, maka sangat mudah pula bagi Allah untuk membolak - balik lidah dan pikiran orang.
Bermula dari pidato dikepulauan seribu, sebagian ahoker masih menganggapnya sebagai kasus biasa, yakni ahok hanya sedang sial, sekedar keseleo lidah. Namun, kita sulit mengatakan bahwa itu hanya keseleo lidah, tanpa ada niat yang kuat dibelakangnya. Karena siapapun pasli sulit sekali mencari benang merah antara Surat Al Maidah 51 dengan masalah budidaya ikan. Anehnya, saat disidang atas kasus Al Maidah ayat 51, ahok malah bercerita tentang ikan Nemo.
Kasus keseleo lidah yang unik, diriwayatkan oleh Habib Rizieq Syihab sendiri. Yakni tentang seorang penceramah di Jakarta yang mendapatkan pesanan untuk berfatwa bolehnya memilih pemimpin kafir. Namun ketika berceramah, tanpa sadar dia berkata diatas mimbar bahwa memilih pemimpin kafir itu haram dan wajib bagi umat islam memilih pemimpin muslim. Tentu saja, panitia segera menghentikan ceramah itu. Saat ditanya oleh panitia, penceramah itu mengatakan bahwa dirinya tidak sadar mengucapkan hal itu (alias terjadi begitu saja).
Pada saat closing debat kandidat putaran pertama, kita juga mendapati kasus keseleo lidah. Maksud hati, cawagub Djarot Saiful Hidayat mengatakan bahwa programnya paslon Anies - Sandi itu tidak realistis dan ngawang - ngawang. Tapi cawagub Djarot Saiful Hidayat salah menyebutkannya sebagai program dari paslon nomor 2. Padahal Anies - Sandi adalah paslon nomor 3, sedang paslon nomor 2 adalah Ahok - Djarot. Artinya, cawagub Djarot Saiful Hidayat menyebutkan bahwa program yang tidak realistis dan ngawang - ngawang adalah programnya dia sendiri.
Terakhir kasus keseleo lidah terjadi pada demo malam hari didepan LP Cipinang (9/5). Videonya viral dimana - mana, sehingga mustahil ditutup - tutupi lagi. Yakni tentang seseorang yang tengah berorasi, membakar semangat para demonstran. Maksud hati, dia ingin mengatakan bahwa pemerintahan SBY jauh lebih buruk ketimbang pemerintahan Jokowi. Tapi yang diucapkan malah sebaliknya. Suasana sempat terdiam, sebelum akhirnya korlap mengambil alih situasi, dan meneriakkan yel - yel untuk membebaskan ahok.
Keseleo lidah yang lain masih ada. Misalnya tentang seorang ketua partai islam yang mendukung ahok. Saat diwawancara secara langsung distasiun tivi, dua kali dia keseleo lidah. Maksud hati ingin mengatakan amar ma'ruf nahi munkar, tapi dua kali pula lidahnya kaku dan kelu untuk mengucapkan kalimat sakral itu. Tidak ada kalimat lain yang bisa menjelaskan tentang fenomena ini secara pas, kecuali sebuah ayat "Wamakaruu, wamakaralllaah. Wallaahu khairul maakiriin". Semoga jadi pelajaran buat kita semua. Wallahu a'lam.